Menurut Budi, frekuensi krisis kesehatan dalam kurun beberapa bulan terakhir bergerak lebih sering. Misalnya, kemunculan cacar monyet sebagai pandemi yang berskala kecil.
Untuk itu, Presidensi Indonesia di G20 tahun ini fokus pada pembenahan arsitektur kesehatan global dengan mereplikasi arsitektur keuangan global yang sebelumnya melahirkan Dana Moneter Internasional (IMF) dan Bank Dunia.
Diplomasi Indonesia pada G20 tahun ini berhasil membentuk dana pandemi (pandemic fund) sebagai bekal keuangan bagi negara-negara dalam menghadapi pandemi berikutnya.
"Pandemic fund tidak secanggih arsitektur keuangan. Saya punya pengalaman selama berpuluh tahun di keuangan, kami ingin pandemic fund seperti Bank Dunia, mereka punya mandat dan tata kelola yang jelas," katanya.
IMF maupun Bank Dunia, kata Budi, tidak sama dengan situasi di sektor kesehatan sehingga G20 memandang perlu pembentukan arsitektur dan finansial kesehatan untuk merespons pandemi berikutnya.
Dana pandemi yang berhasil terkumpul per 24 Agustus 2022 melalui diplomasi Indonesia di G20 Kesehatan senilai 1,4 miliar dolar AS yang berasal dari 15 negara G20 dan tiga lembaga filantropi.
Negara tersebut, di antaranya Komisi Eropa (European Commission), Amerika Serikat, Italia, Indonesia, Tiongkok, Jepang, Jerman, Kanada, Republik Korea, Uni Emirat Arab (UAE), Spanyol, Australia, Singapura, Norwegia, dan Selandia Baru.
Load more