Jakarta – Sebuah cuitan Influencer Sayap Kanan Inggris Mahyar Tousi di Twitter menjadi sorotan setelah menghina Batik Tenun Endek yang digunakan oleh petinggi negara saat mengikuti KTT G20 di Bali kemarin.
Melalui cuitan di Twitter pribadinya pada Rabu (16/11/2022), Mahyar Tousi terlihat dengan sadar dan sengaja menuliskan kalimat kasar berisi penghinaan terhadap busana tradisional Indonesia yakni batik.
“Apakah yang digunakan idiot ini?” tulisnya @MahyarTousi.
Dalam foto yang ia unggah terlihat beberapa pejabat dalam dan luar negeri yang sedang berbincang di antaranya Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau, Perdana Menteri Inggris Rishi Sunak dan pendiri World Economic Forum (WEF) Klaus Martin Schwab serta Mendag Zulkifli Hasan.
Usai mengunggah kritik dan penghinaan tersebut, akun Tousi langsung ramai hujatan dari warganet. Netizen Indonesia merasa terhina dan tidak terima atas postingan tersebut.
Tak lama setelah sejumlah kritik yang menghujani akunnya, Mahyar Tousi langsung menghapus cuitan tersebut. Namun cuitan problematiknya itu sudah banyak diabadikan oleh sejumlah akun salah satunya Max Walden.
Kini diketahui Tousi meminta maaf atas apa yang dia tuliskan dalam tweet tersebut. Permohonan maafnya ia tulis dalam sebuah utas panjang.
"Menyusul sejumlah ancaman pembunuhan dan pesan dari warga negara Indonesia dan pejabat pemerintah, saya ingin menyampaikan foto ini yang diposting di media sosial oleh banyak dari kita di Inggris yang telah menyebabkan pelanggaran di Indonesia," jelasnya dalam awal utas yang ditulis pada Rabu (16/11/2022).
Mahyar Tousi mengaku bahwa dirinya tidak hanya mendapat teguran, tetapi juga ancaman pembunuhan.
"Kami biasanya menemukan politisi kami menjadi kaki tangan kelompok dan budaya untuk tujuan PR (membua citra publik tertentu),menggelikan dan terlalu dibuat-buat. Tidak ada niat untuk menyinggung tradisi budaya mana pun. Kami akan mengkritik politisi bahkan jika mereka mengenakan hoodie London timur hanya untuk "berhubungan" dengan daerah tersebut."
"Semua budaya dan tradisi memiliki karakteristik uniknya masing-masing dan tidak boleh dihina secara asal-asalan, atau dimanfaatkan oleh politisi dan selebritas untuk tujuan mencari perhatian," pungkas Mahyar Tousi. (mg9/ree)
Load more