Jakarta - Ada yang berbeda pada G20 di Bali beberapa waktu lalu. Perhelatan bertaraf internasional yang dihadiri oleh para kepala negara ini sudah pasti merupakan perlehatan yang meriah dengan kemegahan penyelenggaraan baik pada saat kegiatan protokoler maupun kegiatan meeting itu sendiri.
Namun pada G20 kali ini, para Kepala Negara, Kepala Pemerintahan atau Delegasi Organisasi tingkat dunia disuguhi pula dengan belasan kapal perang yan berbaris, berpatroli rapi pada sisi Selatan atau sisi laut Apurva Hotel, tempat di mana kegiatan G20 tahun 2022 berlangsung.
Tidak kurang dari 14 kapal perang canggih 24 jam melindungi kepulauan Bali dan memagari laut seperti perisai yang melindungi perairan pantai Hotel Apurva Nusa Dua Bali.
Bukan hanya kapal perang kelas Frigate dan Corvet dengan segala senjata dan peralatan canggihnya saja, namun sebuah kapal Latih Layar; KRI Bima Suci juga melengkapi jajaran kapal yang melintas sepanjang hari yang menjadi perhatian para peserta G20 ini.
Nuansa alam Bali dengan kekayaan budayanya, keberadaan Kapal perang dan Kapal latih layar yang gagah namun indah tersebut seakan menyatu menjadi satu harmonisasi. Hal ini, disatu sisi menyajikan rasa aman dari segala ancaman, di sisi lain menghadirkan kenyamanan, ketentraman dan Keindahan.
Jajaran Kapal tersebut oleh Panglima TNI, Jenderal TNI Andika Perkasa dipercayakan kepada Laksamana Muda TNI T.S.N.B. Hutabarat, untuk memimpin Satuan Tugas Laut (Satgasla) yang terdiri dari 14 Kapal perang untuk menjamin keamanan dari dan pada sektor laut pada perlehatan G20 tahun 2022 ini.
Laksamana Muda TNI (Laksda) Cokky, demikian ia kerap dipanggil, sehari hari mejabat sebagai Panglima Komando Armada II yang bermarkas di Surabaya.
Sebagai Pangkoarmada II, Kawasan yang menjadi tanggung Jawab Laksda Cokky sangatlah luas; yaitu meliputi wilayah perairan dan yurisdiksi Indonesia yang membentang pada Seluruh Kalimantan (kecuali Pontianak), seluruh Sulawesi, wilayah P.Jawa mulai perbatasan Cirebon ke arah Timur dan seluruh wilayah Timur Indonesia kecuali Maluku dan Papua.
Sangat beralasan jika Jabatan Komandan Satgasla dipercayakan untuk diemban oleh Laksamana yang telah malang melintang menjalankan tugas, pendidikan dan latihan ini. Menurutnya dukungan dan perhatian Kasal, Laksamana TNI Yudo Margono, sangatlah luar biasa. Bahkan arahan Kasal kepadanya adalah agar seluruh kekuatan Satgasla dilengkapi dengan Rudal, Torpedo, Bom Laut, Roket anti Kapal selam dan amunisi penuh pada setiap meriam kapal dibawah komando Satgasla.
(KASAL Laksamana TNI Yudo Margono (kanan) bersama Kasatgasla G20 Laksamana Muda TNI T.S.N.B. Hutabarat. Sumber: ANTARA)
Kasal pun turun langsung mengecek kesiapan persenjataan di kapal pada saat gelar pasukan yang dilaksanakan di Surabaya, 4 November 2022 lalu.
Menjadi Komandan Satgasla yang membawahi puluhan kapal seperti ini tentu saja bukan hal yang baru bagi Cokky. Pada tahun 2016, ia dipercaya sebagai Dansatgas Multilateral Naval Exercise Komodo yang dilaksanakan di perairan Padang dan sekitarnya.
Pada saat itu kegiatan yang dilaksankan adalah Fleet Review, Western Pacific Naval Symposium (WPNS) dan Latihan Maritime Peace Keeping Operation yang melibatkan 50 kapal, dengan keterlibatan angkatan laut dari 39 negara. Latihan Mutilateral angkatan laut ini merupakan kegiatan latihan militer pertama yang ditinjau bahkan dibuka oleh Presiden Joko Widodo.
Dalam hal operasi laut, dirinya pula yang menjadi salah satu tokoh dibalik pengusiran Kapal Cina yang melintas batas memasuki wilayah Indonesia di Laut Natuna Selatan. Pada saat dirinya masih menjabat Komandan Guspurla Koarmabar pada 23 Juni 2016, saat itu terjadi penembakan terhadap kapal nelayan Cina oleh Kapal perang Indonesia. Hal ini membuat Presiden Jokowi tergerak melakukan rapat dengan berlayar di laut Natuna Utara di atas KRI Imam Bonjol- 383 yang berada dibawah komandonya.
Demikian pula ketika dirinya menjabat sebagai Deputi Operasi dan Latihan Bakamla ditahun 2020, terjadi peristiwa pengusiran kapal China Coast Guard oleh unsur Bakamla R.I. yang juga menggerakkan Presiden Jokowi untuk hadir dan meninjau kekuatan TNI AL dan Bakamla R.I yang beroperasi di sekitar Kepualauan Natuna.
Pada 7 September 2022, ketika salah satu Pesawat Bonanza T - 2503 mengalami kecelakaan dan jatuh ke laut di Selat Madura, Panglima Koarmada II yang telah dijabat olehnya, menunjukkan sikap sigap dan profesionalisme yang patut mendapat acungan jempol. Dibawah kepemimpinannya yang turut langsung, terjun ke lapangan, pesawat Bonaza dengan dua korban pilot yang telah berada di dasar laut tersebut, tidak lebih dari 24 jam telah berhasil ditemukan dan dievakuasi, diangkat, ke atas geladak Kapal KRI Soputan – 923.
(Sejumlah kapal perang melakukan pengaman perairan selama pelaksanaan KTT G20 di Bali. Sumber: Ist)
Sebagai Komandan Satgasla G20, strategi yang diterapkan Laksamana yang sangat dekat dengan kalangan media ini adalah; pertama menabiri sekeliling pulau Bali dengan sektor sektor patroli. Sektor sektor ini tidak hanya diawaki oleh keempat belas kapal dibawah komando dirinya selaku Komandan Satgasla pengamanan G20, namun dijaga pula oleh kapal-kapal perang lainnya yang beroperasi sehari hari dibawah komandonya selaku Panglima Koarmada II.
Kedua, dibentuk suatu layer layer pengamanan khususnya di lokasi-lokasi strategis (misalnya di sekitar Hotel Apurva, tempat di mana G20 berlangsung) dengan menjaga laut mulai dari pantai, laut teritorial hingga bersinggungan dengan sektor sektor patroli yang telah terbentuk dan mengelilingi P. Bali.
Ketiga, pemantauan kapal Fery antar pulau yang datang dan pergi menuju P. Bali serta pemeriksaan perahu-perahu dan nelayan yang mencurigakan.
Keempat, mengawasi Kapal kapal yang melintas di ALKI, menjamin keselamatan pengguna laut yang melakukan lintas damai namun menjaga agar kapal kapal tersebut tidak keluar dari jalur ALKI yang telah ditentukan. Pola operasi yang dilakuan juga telah memanfaatkan kemajuan teknologi yaitu kemampuan surveilance dan pemantauan dari Puskodal TNI AL serta VTS.
Ketika ditanya tentang tantangan dari Satgasla ini, Cokky menyampaikan bahwa Satgasla ini harus menjaga keamanan G20 dan menegakkan kedaulatan, hukum dengan kondisi yang berbeda dibanding Satgas lainnya. Hal ini karena tugas yang dijalankan Satgasla bukan hanya di wilayah teritorial Indonesia, melainkan berada di wilayah atau rezim laut yang merupakan sovreignty (kedaulatan penuh) dan Sovreignt right (Hak berdaulat).
Dengan demikian, di satu sisi, keamanan peserta G20 harus terjamin sehingga harus ada pembatasan dari pihak yang mendekat, di sisi lain kebebasan kapal yang melintas juga harus dijamin kebebasannya untuk melintas di ALKI dengan aman. Untuk itu kapal perang telah disiagakan di ALKI.
Cokky menjamin bahwa kapal yang melintas ALKI akan dipantau dan dijamin kapal yang datang dari Utara akan keluar ke Selatan, demikian sebaliknya. Kapal perang akan melakukan tindakan jika didapati adanya kapal yang seharusnya hanya melintas ALKI namun keluar dari jalur dan menuju ke arah Bali atau Lombok.(ant/ito)
Load more