Pada momen persidangan itu, Kuat Maruf yang hadir sebagai saksi untuk terdakwa Ferdy Sambo dan Putri Candrawathi sempat ditanya oleh jaksa penuntut umum (JPU) terkait keterangannya soal gerak-gerik Brigadir J yang disebut mengendap-endap naik turun tangga saat di rumah Magelang.
"Saudara saksi, saya tertarik dengan Anda mengatakan bahwa Yosua naik turun, naik turun tangga, itu pertanyaan saya apa yang aneh dari hal itu (naik turun) di pikiran saudara? Kan bisa saja Yosua cari barang hilang, atau mungkin nyari tikus atau apa gitu," tanya jaksa ke Kuat Maruf.
Kemudian Kuat Maruf pun menjawab pertanyaan jaksa terkait gerak-gerik naik turun Brigadir J yang dianggapnya mencurigakan.
"Waktu itu menurut saya aneh. Karena posisinya pada saat itu turun kok nengok-nengok begitu. Makannya saya gedor, makannya saya ngagetin. Kalau dia (Brigadir J) teriaknya ngagetin, misal "kurang ajar lu ngangetin" saya juga akan ketawa waktu itu. Ini digedor malah lari," kata Kuat Maruf.
Kemudian jaksa kembali bertanya pada Kuat Maruf terkait menurutnya apa hal yang tengah dilakukan Brigadir J itu.
"Menurut saudara, Yosua saat itu lagi ngapain?" tanya hakim.
Kemudian Kuat Maruf kembali memberi jawaban.
"Saya awalnya karena dia ngintip-ngintip, jadi saya gedor, lah pas digedor kok malah lari Yosua. Dia lari belok ke kiri, tembus ke dapur, garasi, pasti ketemu saya di situ," kata Kuat Maruf.
Jaksa kemudian memberikan pertanyaan pada Kuat Maruf soal pernyataan ART Ferdy Sambo itu yang sempat mengucap kalimat tak ada duri di rumah.
"Saya mau tanya soal kalimat 'Bu lapor bu, biar tak ada duri dalam rumah' itu maksudnya apa? maksud saudara itu rumah tangga atau apa?" tanya jaksa.
Kemudian Kuat Maruf pun memberikan jawaban saat jaksa bertanya terkait pernyataannya itu.
"Jadi pada saat itu pikiran saya, ibu hanya menangis ketakutan tapi enggak nyebut dan cuma mengatakan Yosua sadis," kata Kuat Maruf.
Menurut Kuat Maruf pernyataan soal duri dalam rumah itu bagian dari reflek ucapan Kuat Maruf karena bingung dengan situasi Putri Candrawathi yang hanya terdiam.
"Saya bingung, karena waktu itu saya juga gak pintar ngomong, jadi saya asal keluar aja (ucapan) biar ibu ngomong, gitu maksud saya. Kalau soal duri dalam rumah itu maksudnya rumah sekeluarga lah pak, saya kan enggak mungkin nanya 'bu diapain bu, diapain?" kata Kuat Maruf.
Lanjut pada poin lain, jaksa yang berksempatan untuk mencecar Kuat Maruf bertanya terkait keberadaannya saat Brigadir J dieksekusi mati oleh Richard Eliezer Pudihang Lumiu atau Bharada E atas perintah Ferdy Sambo.
"Saat kejadian, Anda di mana posisinya waktu Richard Eliezer nembak Yosua?" tanya hakim.
Kemudian Kuat Maruf pun menyebut bahwa dia berada di belakang Richard Eliezer atau Bharada E.
"Di belakangnya (Bharada E) pak," kata Kuat Maruf.
Masih pertanyaan tentang seputar penembakan, Kuat Maruf ditanya oleh jaksa terkait berapa kali tembakan yang dilepaskan Bharada E saat membunuh Yosua.
"Kalau saya enggak ngitung, banyak pak, lebih dari sekali. Tembakan itu waktu pertama saya lihat diarahkan ke dada. Pada saat itu seingat saya, Yosua teriak 'apa', itu seinget saya," kata Kuat Maruf.
Adapun Kuat Maruf mengaku bahwa dia ketakutan saat Brigadir J ditembak mati oleh Bharada E.
"Waktu bapak kayak kebingungan gitu, saya sempet tadinya mau lari gitu, cuma dengkul saya kayak mau copot gitu gemetaran," kata Kuat Maruf.
Kemudian jaksa bertanya kepada Kuat Maruf mengapa dia gemetaran.
Lalu pertanyaan itu pun dijawab Kuat Maruf.
"Ya saya gemetaran, pikir saya pada saat itu siapa lagi yang mau ditembak, saya kan enggak tahu," kata Kuat Maruf.
Kemudian jaksa menyinggung soal mengapa dia tidak ada upaya untuk menolong Brigadir J.
Kuat Maruf pun berdalih bahwa dia takut.
"Mana berani pak di situ yang ada saya gemetaran kok," kata Kuat Maruf. (abs)
Load more