Teluk Bintuni, Papua Barat - Pernyataan Menteri Investasi Bahlil mengenai pemindahan pabrik pupuk dan batas wilayah menuai tanggapan keras Bupati Teluk Bintuni Petrus Kasihiw. Pernyataan Menteri Bahlil dinilai dapat menimbulkan konflik di teluk Bintuni.
“Saya akan komplain dia (Menteri Bahlil – red), dia itu arogan, sombong. Dia bilang pabrik pupuk saja dia bisa kasih pindah ke Fakfak, apalagi tapal batas. Dia bicara ini tidak tahu potensi konflik di perbatasan yang bisa terjadi. Ini seorang menteri lho. Pernyataan itu bisa menimbulkan konflik. Tidak pantas seorang menteri bicara seperti itu. Tidak menghargai sama sekali masyarakat,” kata Petrus melalui keterangan pers, Senin.
Sebelumnya, pada 27 September lalu Menteri Investasi Bahlil berkunjung ke Kabupaten Fakfak. Dalam kunjungannya, Bahlil sempat menyampaikan bahwa, "pabrik pupuk saja bisa kita pindahkan, apalagi batas wilayah."
Pernyataan Menteri Investasi Bahlil saat berkunjung ke kabupaten Fakfak itu menurut berbagai pihak perlu diklarifikasi dan disampaikan permintaan maaf karena berpotensi melukai perasaan masyarakat adat dan masyarakat umum di kabupaten Teluk Bintuni.
Petrus juga mengingatkan Bahlil, bahwa Teluk Bintuni sebagai kawasan industri telah diatur dengan berbagai peraturan yang mengikat.
“Kami akan menghadirkan gubernur, ketua MRP di Onar sebagai kawasan industri. Ini semua sudah diikat dengan berbagai Perpres maupun peraturan perundangan lainnya. Itu semua sudah disepakati. Kalau bicara mengenai masalah tanah, kita bisa bicara baik-baik. Bukan seperti itu lalu bicara kasih pindah kasih pindah pabrik. Jangan buat kacau progress yang kita sedang buat,” tandas Petrus
Petrus bahkan menegaskan jika Bahlil hendak memindahkan pabrik pupuk keluar dari Teluk Bintuni ke Kabupaten Fakfak, maka, sesuai dengan permintaan masyarakat Tujuh Suku Bintuni, pabrik tersebut tidak boleh meminta gas dari Teluk Bintuni.
“Kami sudah katakan, silahkan pabriknya pindah, tapi gasnya tidak dari Bintuni. Gas silahkan ambil dari luar. Saya setuju dengan pernyataan masyarakat adat. Dari tujuh suku. Tidak pantas sama sekali, dia harus menghargai,” pungkas Petrus. (ito)
Load more