“Pada waktu itu ibu Putri mengatakan bahwa peristiwa Duren Tiga tidak benar tapi saya takut pada suami saya, saya dipaksa menandatangani BAP dan saya percaya pada suami saya itu ada tangisan. Namun respon tangisannya secara fisiologis dan emosional itu intensinya berbeda pada saat ceritakan peristiwa yang ada di Magelang,” ungkap Reni.
Hakim juga bertanya soal makna tangisan Putri Candrawathi menurut pandangan ahli forensik. Pasalnya, skenario awal sudah terbantahkan namun Putri tetap saja menangis.
“Skenario itu kan juga disertai tangisan. Putri ini kan juga ceritakan dengan tangisan-tangisan. Bagaimana pendapat saudara dengan yang demikian?” tanya hakim.
Reni lalu menjelaskan bahwa ada 2 makna tersirat dibalik tangisan Putri Candrawathi yakni yang pertama takut karena dipaksa berbohong dan mengikuti skenario.
“Semuanya memang membuat takut bagi Ibu Putri. Yang pertama takut karena sebetulnya tidak seperti itu kejadiannya, sementara yang satunya kejadian yang sebenarnya itu yang di sini. Respons tangisan betul ada pada dua-duanya Yang Mulia tapi terobservasi berbeda intensitasnya,” pungkas Reni.
Psikolog Forensik Sebut Pelecehan Terhadap Putri Candrawathi Layak Dipercaya
Pada sidang pembunuhan berencana Birgadir J hari, Rabu (21/12/2022), majelis hakim menghadirkan Saksi Ahli Psikologi Forensik dari Asosiasi Psikologi Forensik Indonesia, Reni Kusumowardhani, di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan.
Dalam keterangannya, Saksi Ahli Psikologi Forensik dari Asosiasi Psikologi Forensik Indonesia, Reni Kusumowardhani menyebutkan, bahwa hasil dari pemeriksaannya terhadap Putri Candrawathi (PC) terungkap, jika kekerasan seksual yang dialami layak dipercaya.
Putri Candrawathi, Ferdy Sambo dan Brigadir J (sumber: kolase tim tvOnenews)
Load more