Hal ini ia paparkan berdasarkan indikator yang sesuai teori-teori psikologi. Namun, sebelum Saksi Ahli Psikologi Forensik dari Asosiasi Psikologi Forensik Indonesia, Reni Kusumowardhani menyebutkan hal itu, dirinya ditanya Jaksa Penuntut Umum (JPU) soal apa yang dia temukan ketika memeriksa informasi yang diberikan PC.
Apakah informasi yang diberikan PC benar atau tidak berdasarkan pemeriksaannya dengan pendekatan Piskologi Forensik?
Lantas bagaimana pihaknya menarik kesimpulan tersebut? Dia sebutkan, pihaknya telah menyesuaikan dengan proses kredibelitas assessment yang mengacu pada Bull dkk 2004 dan Perezin 2021 dan di dalam researchnya itu ada tujuh indikator.
“Itu untuk keterangan yang kredibel atau keterangan yang tidak kredibel. Pada keterangan ibu PC memenuhi ketujuhnya . Jadi yang pertama adanya detail informasi yang cukup kaya tentang apa yang terjadi dan kemudian juga ada verifiability of detail, akurasinya ini bisa bersesuaian karena ada situasi situasi yang mendukung yang juga diinformasikan oleh pihak yang lain,” katanya.
“Jadi pada waktu itu, dari saudar Ricky dan saudara Richard bahwa ibu (PC) dapat telepon ibu menangis pada saat yang bersesuaian,” sambungnya menjelaskan.
Lanjutnya menjelaskan, kemudian Ibu Susi mendengar Ibu Pc menangis dan kemudian pintu dibuka dan ditutup kembali. Setelah itu, ia juga sebutkan ada juga informasi dari Kuat bahwa Yosua (Brigadir J) cekingukkan.
“Dan itu timingnya, jika kita coba di dalam circumstantial evidence, itu saling berkesinambungan relevan dan konsisten, seperti itu. Dan kemudian, juga secara alur apa yang disampaikan, juga bisa dijelaskan secara teoritis, termasuk relasi kuasa di dalam konstruksi gender,” ujarnya.
Load more