“Nah, yang terjadi pada Ibu PC (Putri Candrawathi) berdasarkan teori ini lebih sesuai dengan respon yang kontrol. Jadi seolah tidak ada emosi apa-apa, seolah-olah tidak terjadi apa-apa, itu merupakan satu bentuk defence mekanisme untuk bisa tetap tegar,” ungkap saksi ahli.
Saksi ahli juga menjelaskan bahwa seseorang yang memiliki pilihan untuk ‘mengontrol’ diri pasca mengalami pelecehan seksual umumnya memiliki support system yang baik.
“Nah, kontrol ini bisa terjadi apabila dia memiliki support system yang cukup baik. Pada Ibu PC, Ibu Putri ini memiliki support system yang cukup. Di saat ada ajudan, ada orang-orang yang cukup bisa diandalkan untuk memberikan pengamanan maka ada keputusan-keputusan dari dirinya sendiri dengan menekan rasa malu, marah, takutnya tadi,” ungkap saksi ahli psikologi forensik.
Putri Candrawathi berpotensi alami tonic immobility
Pada persidangan kasus pembunuhan Brigadir Nofriansyah Yosua Hutabarat atau Brigadir J, didatangkan saksi ahli psikologis forensik, Reni Kusumowardhani. Selama bersaksi di persidangan, saksi ahli ini juga ditanyai terkait Putri Candrawathi.
Selain sifat Putri Candrawathi menurut pandangan psikolog, Reni Kusumowardhani juga ditanyai terkait dugaan pelecehan seksual yang dialami oleh Putri Candrawathi.
Pasalnya, ahli psikologi forensik menulis bahwa tipologi kepribadian yang dimiliki Putri Candrawathi berisiko mengalami tonic immobility. Hal tersebut pun lantas diulas oleh tim kuasa hukum Putri Candrawathi.
Load more