Alat buoy tsunami ini juga sempat mengalami malfungsi karena rusak dan hilang sejak 2012 hingga 2018. Namun kemudian, akhir 2019, pemerintah kembali meluncurkan Ina-Buoy versi terbaru yang sudah dilengkapi sensor pendeteksi tekanan bawah air laut.
Sejumlah empat buah alat buoy yang kembali dipasang di Pantai Selatan Jawa Timur, Pantai Selatan Jawa Tengah, Selat Sunda dan Pelabuhan Benoa Bali sebagai pendeteksi gempa dan tsunami.
Alat buoy ini sendiri berada dan beroperasi di 13 titik lokasi seluruh Indonesia. Salah satu alat buoy yang dipasang berada di perairan sekitar Gunung Anak Krakatau (GAK).
Bagaimana sistem kerja InaTEWS?
InaTEWS sendiri memiliki dua sistem pemantauan, yakni di darat dan laut. Sistem pemantauan InaTEWS di darat terdiri dari jaringan seismometer broadband serta Global Positioning System (GPS) aktif.
Sedangkan sistem pemantauan InaTews di laut sendiri, terdiri dari buoy, tide gauge, CCTV, kabel bawah laut, dan radar tsunami yang saat ini masih dalam proses tahap pengembangan.
Sistem InaTEWS berbagi tugas dengan BMKG untuk mendeteksi gempa dan potensi bencana tsunami. Yakni BMKG sebagai badan yang mengoperasikan jaringan seismometer, akselerometer, CCTV, dan radar tsunami.
Badan Informasi Geospasial (BIG) bertugas mengoperasikan GPS dan tide gauge. BPPT (Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi) bertugas mengoperasikan buoy dan kabel bawah laut. Sedangkan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) yang akan mengoperasikan radar tsunami.
Load more