tvOnenews.com - Rocky Gerung adalah senior saya di Ikatan Mahasiswa Djakarta (IMADA). Nior Rocky, demikian saya memanggilnya, selalu "memaksa" kita untuk membaca. Tentu buku-buku sosial, politik dan filsafat.
Kadang buku-buku berat itu Nior Rocky yang siapkan. Maklum Nior Rocky anak Menteng yang tingkat ekonominya jauh dibanding saya yang anak desa.
Nior Rocky meminta yunior-yuniornya untuk megambil inti sari setiap buku yang di "paksa"-nya untuk dibaca. Dan dalam grup diskusi, kita didorong dan harus bisa berdialektika. Karena masing-masing tentu berbeda dalam mentafsirkannya. Dia pun menyimak dengan teliti.
Selain itu, Nior Rocky juga mendorong yuniornya untuk membangun kemampuan olah pikir, proses nalar guna mencari sebuah kebenaran logis. Bukan keberanan empiris/faktual. Juga kita semua harus kritis.
Dalam berdialektika atau berargumen, Nior Rocky menuntut kita menyampaikan dengan dasar yang kuat, misalnya dikutip dari buku apa dan halaman berapa? Pendapat atau teori siapa?!
Semuan itu harus bisa diolah oleh kemampuan otak/berpikir kita menjadi sebuah persepsi (pribadi) atas suatu masalah yang kita perdebatkan kala itu.
Mungkin dulu tahun 85-an, eranya beda dengan sekarang. Kala itu zaman Pak Harto. Dan kita semua tahu zaman itu. Dan karenanya Nior Rocky mendorong kita untuk menulis. Bidang di mana saya juga menuntut ilmu dibidang publisistik.
Kala itu, kemajuan teknologi dan informasi, tidak sehebat saat ini. Jadi menulislah sarana untuk menuangkan hasil proses nalar itu. Dan dalam menulis kala itu, pilihan diksinya eufemisme. Menghaluskan makna kata yang dianggap tabu oleh masyarakat dan kekuasaan.
Selain Nior Rocky, juga ada mentor lain, seperti alamrahum Nior Bram (Ibrahim) G. Zakir dan Niorita Gadis Arivia.
Saat awal mula Nior Rocky "meledak" melalui acara diskusi ILC yang disiarkan tvone. Ada rasa bangga melihat keberaniannya dalam menyampaikan pendapat. Dalam menyampaikan pendapat Nior Rocky terstruktur, sistematis. Dengan pilihan diksi yang mengagetkan. Buat jantung berdegup kencang.
Nior Rocky menjadi idola. Sampai ada istilah No Rocky No Party! Kalau ILC tak mengundangnya sebagai salah satu nara sumber.
Singkat cerita, kini Nior Rocky membuat kegaduhan dengan diksinya. Karena apa? Tak semua orang membaca historia tentang diski ba...an yang sebetulnya dari bahasa Jawa yang berarti bagusnya jiwa yang memikirkan Tuhan. Atau orang yang dikasihi Tuhan. Tapi secara faktual dan Kamus Umum Bahasa Indonesia diksi itu berarti penjahat dan atau pencopet.
Ya gaduh pastinya. Dan saya gembira Nior Rocky memahami itu dan dengan bijaksana dia menyampaikan permohonan maaf telah membuat kegaduhan.
Kita bersepakat, bahwa demokrasi bukanlah pemaksaan kehendak. Dan Nior Rocky menurut saya pribadi (maaf saya lancang) telah memaksa kehendak agar semua orang menganut kebenaran logis berdasarkan nalar. Di sisi lain menafikan kebenaran empiris/faktual. Harusnya hal ini tak perlu terjadi bila pendulum kebenaran logis dan empiris berada di tengah. Karena strata sosial dan pendidikan publik itu berbeda. Tidak sama. Sehingga daya tangkap dan tafsir juga berbeda.
Sebagai yunior tentu saya ingin kegaduhan ini cepat selesai. Diselesaikan dengan baik melalui forum dialog.
*Penulis semasa mahasiswa bergabung dengan Ikatan Mahasiswa Djakarta (IMADA)
Load more