Sehingga, tidak heran jika di Pemilu 2014 dan 2019, hasil pemilu presiden selalu diiringi dengan gugatan ke Mahkamah Konstitusi.
Dua kali pemilu yang kerap diiringi dengan gugatan ke MK, sangat menandakan bahwa Prabowo memiliki catatan serius tentang penyelenggaraan Pemilu, khususnya Pilpres, yang diduga kental dengan praktik kecurangan. Inilah yang saya lihat menjadi faktor penting di alam bawah sadarnya seorang Prabowo.
Dari premis ini, tidak heran jika keamanan dan kenyamanan proses pemilu, menjadi faktor kunci kemenangan Prabowo di Pilpres 2024. Dan itu hanya bisa diperoleh oleh Prabowo, jika dukungan Presiden Jokowi tidak terbelah kepada siapapun kecuali kepada dirinya.
Sehingga, menjadikan Gibran Rakabuming sebagai Cawapres, meski berisiko, adalah opsi yang paling realistis dan taktis bagi Prabowo, untuk mengatasi trauma kecurangan dan manipulasi di setiap Pemilu yang pernah diikutinya.
Terlebih lagi, peluang Prabowo untuk menang di Pilpres 2024 bisa dibilang lebih besar dibanding 2014 dan 2019. Berdasarkan hasil survei banyak lembaga, termasuk survei yang dilakukan oleh Poligov sejak Maret 2023, dalam simulasi head to head Prabowo dan Ganjar, elektabilitas Prabowo konsisten di atas Ganjar Pranowo dengan jarak 3-9 persen.
Dengan hasil survei tersebut, Prabowo tentunya melihat hal itu sebagai modal kuat untuk menang. Namun, keunggulan tersebut tentu bisa berubah jika Prabowo tidak bisa memastikan keamanan dan kenyamanan politik dalam penyelenggaran pemilu.
Sehingga, di luar alasan konflik kepentingan putusan MK yang penuh dengan aroma nepotisme dan isu politik dinasti, bagi Prabowo, menjadikan Gibran yang notabenenya putra Presiden Jokowi sebagai Wapres, adalah jalan terbaik untuk mendapatkan garansi politik untuk terhindar dari potensi kecurangan dan penyalahgunaan aparat negara yang selama ini kerap menghantui dirinya.
Load more