Kritik kritik kerasnya pada Soekarno disampaikan lewat surat pribadi. Ia tak mau media massa dibredel Soekarno karena memuat tulisannya. Ketika Soekarno semakin otoriter pada 1956 hingga 1965, banyak penerbitan diberangus karena tulisan yang jujur dan terus terang pada pemerintah, seperti Harian Indonesia Raya, Pedoman dan Abadi.
Karena tak ada lagi kritikan Bung Hatta di ruang publik, warga menyangka Bung Hatta telah berubah, sudah berbeda, sudah menerima kebijakan kebijakan Soekarno yang ketika itu dianggap menyengsarakan rakyat.
Dengan sabar Bung Hatta mendengar omelan, tuduhan dari banyak kelompok masyarakat ketika itu. “Biarkan saja. Tidak apa-apa,” ujar Hatta seperti dikutip oleh Oei Jong Tjioe, sahabat karib Hatta yang menyimpan salinan surat surat pribadi Hatta pada Soekarno selama periode 1957-1965 (Dibukukan menjadi Hati Nurani Melawan Kezaliman, Sinar Harapan, Editor Mochtar Lubis).
Demikian, ketika semua energi bangsa dicurahkan untuk membahas bakal calon wakil presiden, kita seperti rindu pada pemimpin yang kualitasnya emas, bukan Loyang. Pemimpin yang dihasilkan dari hati sanubari rakyat, bukan pemimpin jadi jadian yang matang karbitan.
(Ecep Suwardaniyasa Muslimin)
Load more