LIVESTREAM
img_title
Tutup Menu
News Bola Daerah Sulawesi Sumatera Jabar Banten Jateng DI Yogya Jatim Bali
Kolase Foto - Wapemred tvonenews.com Ecep S Yasa, background billboard Xiaoping.
Sumber :
  • tim tvonenews

Belajar dari China

Apa yang membuat China begitu digdaya. Kenapa formula formulanya dalam membangun ekonomi, politik dan budayanya seperti cespleng, manjur.

Senin, 30 Oktober 2023 - 13:01 WIB

SAYA memandang takjub menara masjid yang seperti hadir dari masa lalu itu. Dinding dasarnya terbuat dari batu tebal kokoh dengan pintu masuk berujung melengkung. Atapnya berbentuk sirap dua undakan selintas mirip dengan Masjid Menara Kudus. Soko, tiang kayu penyangga atap bercat merah terang dengan hiasan ornamen kaligrafi hijau khas Timur Tengah masih terpelihara dengan baik. Padahal, masjid terbesar dan tertua di China dibangun pada 996 saat Dinasti Liao berkuasa.

Saya bayangkan bagaimana situs penting bagi penyebaran agama Islam di China ini mampu melintasi abad demi abad, bertahan dalam sejarah China modern yang kerap diharu biru berbagai revolusi besar dan berdarah-darah. 

Misalnya, bagaimana Revolusi Kebudayaan, revolusi kaum proletar yang digelorakan Mao Zedong, pemimpin Partai Komunis Tiongkok saat itu, yang sangat ganas menyerang apapun alam kepercayaan tradisional, termasuk agama agama, tapi membiarkan Masjid Niujie di tengah kota Beijing utuh hingga kini masih bisa digunakan 23 juta warga muslim Tiongkok untuk beribadah.   

Baca Juga :

(Masjid Niujie di China. Sumber: Wikipedia)

Tak lama muadzin melantunkan adzan dengan lirih. Ia hanya berdiri di tengah ruang terbuka, mengenakan jas panjang, sorban dan bersepatu. Suaranya ternyata sampai ke saya yang berdiri di sudut masjid dengan cukup jelas meski tanpa pelantang suara. Ada yang terasa bersahaja dan syahdu. 

Setelah adzan usai, beberapa pengurus masjid yang berseragam senada, berjas panjang dan bersorban putih segera masuk ke dalam masjid untuk melaksanakan sholat Ashar. Saya mengikutinya dari belakang lalu berdiri berjajar membentuk saft sebagai makmum dalam shalat jamaah. 

Demikian, sepanjang kunjungan ke China pada medio Oktober lalu, saya takjub, seperti ada yang tersingkap dari pikiran, ternyata China tak seperti dalam bayangan saya selama ini.

Harus diakui, selama ini negeri dengan penduduk sebanyak 1.425.510.733 jiwa ini gambarannya dalam kepala saya adalah gemar menebar ancaman pada kelompok beragama, warganya gemar meludah di mana mana, bangunannya kaku dan kumuh, memiliki kamar mandi dan kakus yang jorok, pelayanan hotel dan restoran yang tak ramah dan seadanya.

Selama dua minggu saya mengunjungi sejumlah kota di sana, dari Beijing hingga Xinjiang di dekat perbatasan Asia Tengah, saya hampir tak menemukan gambaran pedesaan. Saya merasa semua wilayah telah tumbuh menjadi kota-kota megapolitan dengan bangunan bangunan jangkung berdesain modern, futuristik hingga  avant garde saling berjejal. Jalan jalan bebas hambatannya mulus, lebar dan panjang seperti tanpa ujung dipenuhi mobil mobil mewah buatan Eropa.

Bahkan pada wilayah wilayah paling ujung,  di perbatasan jalur sutra yang terkenal dengan alam yang tak bersahabat, seperti Urumqi, Kashi, Holan, Qiemo kehidupan modern masih terlihat. Pada pusat-pusat perbelanjaan dan pasar pasar tradisional saya melihat kemakmuran warga dari  gaya busana, barang-barang bermerek yang dikenakan dan kendaraan  yang digunakan. 

Mereka tak hanya pandai merawat ratusan masjid-masjid tua bersejarah, tapi juga membangun pusat pendidikan Islam baru yang modern dan terintegrasi. 

(Ketua Yayasan ASFA Foundation Komjen Polisi (Purn) Dr. H. Syafruddin mengunjungi Xinjiang Islamic Academy. Sumber: istimewa)

Berada di Xinjiang Islamic Academy, saya terpesona melihat ratusan santri bersimpuh di karpet karpet indah di dalam masjid berarsitektur modern, seperti berlomba menderaskan dan menghafal Al Quran. Sekolah Islam terbesar di Urumqi yang resmi digunakan sejak 2017  ini terdiri dari sejumlah bangunan megah sejak ruang kelas, masjid, perpustakaan, asrama hingga sarana olah raga seluar hampir 10 hektare.

Agaknya, menilik sejarah China modern, salah satu yang mendobrak kebekuan ekonomi adalah tindakan Deng Xiaoping mengunjungi negeri negeri di Selatan, seperti Shenzhen, Zhuhai yang dikenal sebagai “Perjalanan ke Selatan”. Meski ia menyebut lakunya sebagai ‘tamasya,’ selama enam bulan pemimpin revolusi ini melihat kebuntuan ekonomi terjadi di mana-mana.

Melawan pekatnya dingin, dalam usia yang uzur ia berbicara pada massa rakyat yang mengeluhkan birokratisasi, kader kader partai yang lamban dalam bekerja. Sebelum kongres ke 14 Partai Komunis China Deng mengeluarkan fatwa yang mengejutkan seluruh pemimpin partai di Beijing: 

“Perkembangan ekonomi China janganlah seperti wanita berkaki kecil yang melanggak lenggok.”

(Baliho tokoh China, Deng Xiaoping. Sumber: Wikipedia)

Fatwa ini kita kenal sebagai awal mula reformasi ekonomi. China lalu mengalami ‘gaige’, ‘kaifang’ hampir di semua bidang. Pada era 1980-an China sangat aktif mengetuk pintu pintu negara negara negara lain untuk berinvestasi, mengajak lembaga lembaga finansial dunia masuk,  merayu perusahaan-perusahaan multinasional membangun pabrik pabrik di China.  Kita ingat slogan Deng: 

“Saya tak peduli kucing hitam atau putih, yang terpenting bisa menangkap tikus.”

Memang transformasi itu bukan tanpa gejolak. Pada 1989 salah satu unjuk rasa mahasiswa terbesar di China pecah. Ribuan pemuda dan mahasiswa yang meminta demokrasi diberikan sepenuhnya, birokratisasi dan korupsi yang membelit pejabat diberantas. Mereka berkumpul di depan pintu Gerbang Kedamaian Surga di Lapangan Tian Anmen, tapi tak mendapat respon apapun dari penguasa Partai Komunis China.

Li Peng justru mengirim tentara menembaki pengunjuk rasa, tank tank dikerahkan menggilas demonstran yang disebut sebagai perusuh “kontrarevolusioner’. Ratusan mahasiswa gugur, sisanya melarikan diri, berdiaspora ke banyak negara. Dunia menganggap peristiwa ini sebagai salah satu tragedi kemanusian terburuk dalam sejah China.

(Unjuk rasa mahasiswa di Lapangan Tiananmen, China, 1989. Seumber: AP Photo/Sadayuki Mikami)

Namun, China memang akhirnya menjadi sadar, banyak hal yang harus diperbaiki di antaranya pemberantasan korupsi. Pada 1998, Zhu Rongji saat dilantik sebagai Perdana Menteri memerintah  jajarannya menyiapkan 100 peti mati untuk para koruptor.  “Gunakan 99 peti itu untuk koruptor, sisakan 1 peti untuk saya bila saya korupsi," ujarnya.

China beruntung karena tak pernah setengah hati mempraktikan kebijakan apapun. Lalu, pada 2000 seorang anggota Kongres Rakyat Nasional terbukti melakukan korupsi sebesar 41 juta yuan dan dijatuhi hukuman mati. Berita ini mencengangkan rakyat China dan dunia. 

Setelah itu hampir setiap bulan, pemerintah China mempertontonkan hukuman mati untuk koruptor di ruang publik. Tercatat hingga tahun 2002 sudah 4.300 koruptor yang dihukum mati di China. Jumlah yang melebihi jumlah hukuman mati di 68 negara (Amnesti Internasional).

Setelah kebijakan antikorupsi, birokrasi lalu diserahkan pada teknokrat terdidik. Pada 2000 muncul kebijakan semua pegawai pemerintah harus lulusan universitas, pemimpin di tingkat Kabupaten harus minimal bergelar master, dan semua menteri dan wakil menteri harus bergelar doktor.

Hasilnya memang sebuah lompatan jauh ke depan. Hanya dalam waktu 30 tahun, dari salah satu negara paling miskin di dunia, kini China menjadi negara dengan ekonomi paling kuat nomor dua di dunia. 

China mencatat angka pertumbuhan 11,1 persen selama kuartal I-2007. Pada tahun 2006, perekonomian China tumbuh 10,7 persen. Saat negara-negara G20 yang memiliki sumbangsih lebih dari 70% PDB dunia sedang jatuh dalam resesi akibat wabah covid 19 pada 2020, PDB China mampu tumbuh 6,5%.

(Shanghai, pusat keuangan di Tiongkok pada malam hari. Sumber: Wikipedia)

Sesuai doktrin, seorang komunis sekaligus juga seorang internasionalis, kini China tak lagi hanya sibuk membangun negerinya. Ia kini telah berpikir membangun komunitas global. Sebuah dokumen berjudul “A Global Community of Shared Future: China’s Proposals and Actions” yang dirilis Kantor Informasi Dewan Negara menjelaskan pendekatan baru China dalam hubungan Internasional dan tata kelola global. Tergambar dengan detail dalam dalam dokumen itu, keinginan China membangun komunitas Global dengan mempraktikan multilateralisme sejati dan mempromosikan nilai nilai kemanusiaan.

Salah satu yang disebut adalah hingga Juli 2023, lebih dari tiga perempat negara di dunia dan lebih dari 30 organisasi internasional telah menandatangani perjanjian kerja-sama Sabuk dan Jalan (BRI) dengan China. Dokumen menyebut proyek yang dibangun oleh China nantinya akan menjadi milik dunia.

Kereta Cepat China-Laos sepanjang 1035 kilometer, memiliki 167 terowongan dan 301 jembatan jadi bagian proyek proyek BRI yang dibangun China. Kereta cepat yang dibangun selama 11 tahun telah beroperasi 3 Desember 2021 lalu disebut menciptakan 110 ribu lapangan kerja, dan membantu pembangunan sekitar 2000 kilometer jalan-jalan di sepanjang rute kereta cepat ini. Kereta Cepat Jakarta Bandung yang kini kita nikmati bagian dari keinginan China menciptakan tata dunia berdasarkan nilai nilai universal dan global tersebut.

Kini di paruh pertama abad 21, orang mulai bicara, perlunya belajar dari China. Bukankah Indonesia di bawah Soeharto juga tunggang langgang meminta investor asing untuk datang, bukankah reformasi ekonomi dan politik juga dilakukan pada 1998 bahkan di bawah pengawasan langsung rezim keuangan dunia, International Monetary Fund (IMF). 

Apa yang membuat China begitu digdaya. Kenapa formula formulanya dalam membangun ekonomi, politik dan budayanya seperti cespleng, manjur.

Model pembangunan ala China berhasil, menurut saya, paling tidak karena tiga hal: ekonominya yang tumbuh pesat, sistem politik yang stabil (karena kehadiran Partai Komunis China)  dan adanya ideologi  yang bisa jadi peta, arah bagi warga negara tentang apa yang dicapai oleh bangsa di masa depan. Apakah ketiga hal ini sekarang ada di Indonesia? 
(Ecep Suwardaniyasa Muslimin)

Komentar
Berita Terkait
Topik Terkait
Saksikan Juga
Jangan Lewatkan
Lama Bungkam, Betrand Peto Akhirnya Berani Buat Pengakuan Mengejutkan Singgung Soal Sarwendah, Bilang Kalau Sejujurnya Dia itu…

Lama Bungkam, Betrand Peto Akhirnya Berani Buat Pengakuan Mengejutkan Singgung Soal Sarwendah, Bilang Kalau Sejujurnya Dia itu…

Sekian lama menyimpan rahasia, Betrand Peto akhirnya memutuskan untuk berbicara jujur mengenai perasaan yang sebenarnya terhadap Sarwendah. Seperti apa?
Indonesia-AS Sepakat Bangun Pusat Komando Canggih di IKN, Amazon Web Services hingga Motorola Bakal Ambil Peran

Indonesia-AS Sepakat Bangun Pusat Komando Canggih di IKN, Amazon Web Services hingga Motorola Bakal Ambil Peran

Pusat komando dan kontrol canggih (Integrated Command and Control Center atau ICCC) akan dibangun di Ibu Kota Nusantara (IKN) dengan kerja sama Indonesia-AS.
DPR Duga Kasus Polisi Tembak Polisi di Sumbar sebagai Pembunuhan Berencana, Ternyata Ada Bukti Kuat Ini...

DPR Duga Kasus Polisi Tembak Polisi di Sumbar sebagai Pembunuhan Berencana, Ternyata Ada Bukti Kuat Ini...

Ketua Komisi III DPR RI Habiburokhman menduga kasus polisi tembak polisi di Sumbar sebagai pembunuhan berencana. Ia membeberkan ada bukti kuat ini, katanya...
Pramono Anung-Rano Karno Dapat Dukungan dari Masyarakat Kelas Menengah Jakarta

Pramono Anung-Rano Karno Dapat Dukungan dari Masyarakat Kelas Menengah Jakarta

Harapannya kebijakan pro kelas menengah ini bisa terealisasi di masa kepemimpinan Pramono Anung-Rano Karno. 
Dalam Dua Pekan, Bareskrim Polri Tangkap Ratusan Orang yang Terlibat Kasus Judi Online

Dalam Dua Pekan, Bareskrim Polri Tangkap Ratusan Orang yang Terlibat Kasus Judi Online

Operasi besar-besaran yang dilakukan Bareskrim Polri terhadap perjudian online berhasil mengungkap fakta keterlibatan warga negara asing (WNA) dalam bisnis judi online yang marak di Indonesia.
Survei LSI di Pilbup Barito Utara: Akhmad Gunadi-Sastra Jaya Masih Unggul

Survei LSI di Pilbup Barito Utara: Akhmad Gunadi-Sastra Jaya Masih Unggul

pasangan calon nomor urut 2, Akhmad Gunadi Nadalsyah – Sastra Jaya unggul dalam survei dengan elektabilitas 58,0% dan masih mengungguli pasangan nomor urut 1, Gogo Purman Jaya – Hendro Nakalelo dengan 32,8%. Ada swing voter sebesar 9,2%.
Trending
Lupakan Kemenangan atas Arab Saudi, Media Belanda Beri Kabar Buruk untuk Timnas Indonesia Jelang Hadapi Australia pada Maret 2025

Lupakan Kemenangan atas Arab Saudi, Media Belanda Beri Kabar Buruk untuk Timnas Indonesia Jelang Hadapi Australia pada Maret 2025

Jelang hadapi Australia di lanjutan babak ketiga Kualifikasi Piala Dunia pada Maret 2025 mendatang, media Belanda sampaikan kabar buruk untuk Timnas Indonesia.
Bung Towel Sebut Jay Idzes Kumpulkan Pemain Tanpa Staf Jadi Bukti Krisis Kepercayaan Timnas Indonesia pada Shin Tae-yong

Bung Towel Sebut Jay Idzes Kumpulkan Pemain Tanpa Staf Jadi Bukti Krisis Kepercayaan Timnas Indonesia pada Shin Tae-yong

Timnas Indonesia berhasil menaklukan Arab Saudi 2-0 di Stadion Gelora Bung Karno, Jakarta, Selasa (19/11/2024). 
Tanpa Shin Tae-yong, Jay Idzes Sampai Bilang Begini di Ruang Ganti Jelang Laga Kontra Arab Saudi, Kapten Timnas Indonesia: Ingat Untuk Siapa Kalian Bermain

Tanpa Shin Tae-yong, Jay Idzes Sampai Bilang Begini di Ruang Ganti Jelang Laga Kontra Arab Saudi, Kapten Timnas Indonesia: Ingat Untuk Siapa Kalian Bermain

Suasana ruang ganti Timnas Indonesia penuh semangat setelah Kapten Timnas Indonesia, Jay Idzes menyampaikan hal ini meskit tanpa Shin Tae-yong. Jay Idzes bilang
Tak Perlu Dinaturalisasi, 3 Diaspora Ini Layak Dipanggil Shin Tae-yong ke Timnas Indonesia Buat Piala AFF 2024

Tak Perlu Dinaturalisasi, 3 Diaspora Ini Layak Dipanggil Shin Tae-yong ke Timnas Indonesia Buat Piala AFF 2024

Tampil di luar negeri dan tak perlu lagi dinaturalisasi, para diaspora ini layak dipanggil Shin Tae-yong untuk perkuat Timnas Indonesia di ajang Piala AFF 2024.
3 Legenda Sepak Bola Dunia Turun Gunung Kunjungi Indonesia Usai Laga Timnas Indonesia Kontra Arab Saudi, FIFA Sampai Beri Arahan Untuk...

3 Legenda Sepak Bola Dunia Turun Gunung Kunjungi Indonesia Usai Laga Timnas Indonesia Kontra Arab Saudi, FIFA Sampai Beri Arahan Untuk...

3 Legenda sepak bola dunia kunjungi Indonesia usai laga Timnas Indonesia kontra Arab Saudi. Dennis Wise dari Chelsea, Eric Abidal dari Barcelona, legenda Italia
Media Thailand Bergumam, Kok Bisa Timnas Indonesia Menang Tanpa Kebobolan dari Arab Saudi, Padahal Negaranya Saja Kalau Lawan Mereka Harus...

Media Thailand Bergumam, Kok Bisa Timnas Indonesia Menang Tanpa Kebobolan dari Arab Saudi, Padahal Negaranya Saja Kalau Lawan Mereka Harus...

Keberhasilan Timnas Indonesia kandaskan Arab Saudi di babak ketiga Kualifikasi Piala Dunia 2026 dapat reaksi dari media Thailand. Mereka merasa iri akan hal itu
Anak Kesayangan Jose Mourinho Tunda Tawaran Naturalisasi Timnas Indonesia, Pilih Tunggu Dipanggil Belanda Meski Sulit

Anak Kesayangan Jose Mourinho Tunda Tawaran Naturalisasi Timnas Indonesia, Pilih Tunggu Dipanggil Belanda Meski Sulit

Punya garis darah keturunan Indonesia membuat Jayden Oosterwolde menjadi sorotan untuk bergabung membela Timnas Indonesia
Selengkapnya
Viral