Dalam sejarah tak ada pemerintahan di manapun yang berlaku tidak adil, berbohong selama lamanya pada masyarakatnya. Cepat atau lambat masyarakat akan bangkit kesadarannya melawan penguasa yang tidak otentik, “bengkok” secara damai atau dengan kekerasan.
Sebab, sebenarnya kutipan Abraham Lincoln ada kelanjutannya. “Kita tidak bisa menipu hati nurani kita sendiri. Karena hati nurani selalu tunggal, dan selamanya akan meneriakan kebenaran dan kebaikan saja.”
“Allah tidak membuat untuk seseorang dua hati dalam rongga dadanya” (QS.al-Azhab/33:4).
Bersikap palsu adalah melawan kodrati mahluk. Melawan fitrah dan tidak alamiah.
Bagi saya, mencari pemimpin otentik untuk pembentukan demokrasi Indonesia yang secara usia masih muda (bandingkan dengan Amerika Serikat yang usia demokrasinya berusia 200 tahun lebih) sangat penting. Sebab, pemimpin kelak perkataan dan perbuatannya mempengaruhi orang banyak.
Apalagi kita tahu, pemimpin yang tidak memiliki menyatunya kata dan perbuatan hanya akan mengundang sinisme publik, memancing perdebatan di masyarakat, mengundang ketegangan warga negara. Pemimpin yang tidak otentik, wibawanya seperti istana pasir, mudah runtuh. Pada akhirnya kepemimpinan dan pemerintahannya menjadi tidak efektif. Jika ini terjadi, tidak hanya merugikan sang pemimpin, tapi juga merusak tatanan masyarakat. (Ecep Suwardaniyasa Muslimin)
Load more