FFB berhasil mengolah kelokalan sehingga menjadi pembeda bagi festival sejenis di tempat lain. Tema yang tertulis di poster selalu sesuatu yang karib dengan warga: kue pia, gulai Melung, duku Kalikajar, air terjun Batu Raden, pabrik knalpol, bulu mata hingga rambut palsu.
Tak hanya memutar film, Festival Film Purbalingga juga membentuk ekosistem bagi teknologi seni baru ini. Mereka giat membuat kelas-kelas workshop pembuatan film pendek untuk pelajar. Dari Festival Film Purbalingga wajah Banyumas dikenal dalam skena film Indonesia.
Demikian, membentuk kota ternyata tak hanya soal membangun infrastruktur jalan, pasar, perumahan, gedung-gedung semata, tapi juga membangkitkan energi kreatif warganya. Kota bukan kumpulan bangunan bangunan yang kaku, wagu, tanpa keriuhan kehidupan sosial warga.
Di sini pemimpin tinggal menyadarkan warga pada kekayaan budayanya sendiri, sehingga tumbuh daya cipta dan daya hidup. Dari Purwokerto kita bisa mendapatkan kaca benggala untuk membangun kota kota lain di seantero Indonesia. (Ecep Suwardaniyasa Muslimin)
Load more