NILAI nilai apa yang bisa ditimba ketika sebuah media baru berumur dua tahun? Apa tidak terlalu dini dan terasa kepagian jika mengambil pengalaman sehari hari di ruang redaksi portal berita yang bahkan belum seumur jagung untuk dibagikan sebagai "ibrah" untuk pembaca?
Bagi saya refleksi adalah kegiatan yang bisa dilakukan kapan pun. Hidup memang berjalan ke depan, namun hanya bisa dipahami dari belakang. Proses refleksi, saat kita mengambil jeda, lalu merenungkan kembali apa yang sudah dilakukan dan akan ke mana semua menuju adalah kemewahan yang dimiliki manusia.
Islam, agama yang kebetulan saya anut, memberi ruang sangat banyak untuk aktivitas tafakur dan kontemplasi. Pada ritual ibadah haji yang baru saja lewat misalnya ada sebuah aktivitas "berdiam", melakukan wukuf di Padang Arafah.
Di antara semua rukun haji yang penuh dengan kegiatan fisik, wukuf di Arafah, satu satunya aktivitas "tak bergerak," justru disebut dalam hukum haji sebagai paling penting dan tak bisa diabaikan karena jadi esensi dari berhaji. Kemampuan refleksi ternyata hal terbesar yang ingin dicapai ketika orang pergi haji.
Saya selalu menafsirkan momentum shalat sebagai saat jeda sesaat untuk melepaskan diri dari tawanan kondisi saat ini. Dengan jeda kita bisa melihat kondisi kita dari sudut "mata elang" yang lebih tinggi.
Saya ingin memulainya dengan mengingat bagaimana media ini bermula. Saat itu oleh atasan saya diminta mengembangkan sebuah portal berita yang tadinya hanya diniatkan untuk "mendaur ulang" apapun yang pernah ditayangkan di tvOne, sebuah stasiun televisi berita tempat saya bekerja.
Load more