Di awali, pemain Aceh no. 7 mencoba melewati dua pemain Aceh, di kotak penalti Sulteng. Ketika ia berada di tengah kedua pemain lawan, tanpa tersentuh pemain Sulteng, pemain Aceh terjatuh. Saya dan para penonton layar lebar di lobby hotel Hermes, yakin itu adalah diving.
Seharusnya wasit memberi hukuman kartu kuning, tapi, meski
Eko yang berdiri tak jauh, tanpa terhalang, justru langsung meniup pluit dan berlari ke titik penalti. Saat ia berlari ke arah titik itulah disambut hook kanan MR yang mendarat telak di rahang kiri sang wasit.
Eko Juga 'Ngawur'
Eko adalah wasit yang memiliki lisensi A Nasional. Wasit asal Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU) Timur, Sumatera Selatan, sesungguhnya sudah memiliki jam terbang yang banyak.
Tetapi, dalam laga perempat final PON XXI itu, ia berulang kali melakukan kekeliruan. Gerak-geriknya menguntungkan tuan rumah, sangat kentara. Saya tak ragu menyebut wasit Eko, 'ngawur'.
Di era lama, cara-caraa wasit yang memimpin seperti itu, hampir selalu karena ada pesanan (suap). Wasit-wasit model seperti itulah yang secara langsung atau tidak, telah ikut merusak sepakbola kita.
Jadi, ketika Ketum PSSI, Erick Thohir menegaskan harus menindak tegas baik pemukul wasit maupun si wasitnya sendiri, saya setuju.
Tidak hanya itu, Etho, sapaan akrab Erick juga meminta kasus ini diinvestigasi. Artinya, apakah wasit Eko yang sangat kentara berat sebelahnya itu, murni karena kemauan sendiri, atau ada hal-hal lain.
Load more