Jakarta, tvOnenews.com - Jumat (15/11) malam, tim nasional (timnas) sepak bola Indonesia bertemu Jepang pada Kualifikasi Grup C Piala Dunia 2026, di Stadion Utama, Gelora Bung Karno. Mampukah kepak perkasa "Garuda," menandingi ketajaman "Samurai Biru"??
Kita sudah tahu, Jepang raja sepak bola Asia. Negara Sakura itu paling sering merebut Piala Asia, empat kali.
Jepang tidak pernah absen di Piala Dunia, sejak 1998, tujuh kali berturut-turut. Jepang di peringkat 15 FIFA, teratas di Asia.
Kini, di penyisihan Piala Dunia 2026, Jepang belum terkalahkan, dan paling produktif. Tiga kali menang: 7-0 libas China, 5-0 atas Bahrain, 2-0 dari Arab.
Kemudian sekali seri: 1-1 dengan Australia. Mencatat nilai 10, mencetak 14 gol, kebobolan 1 gol. Luar biasa.
Dahsyat dan Merata
Tim Samurai Biru datang ke Jakarta berkekuatan 27 pemain, mayoritas bermain di klub kelas satu di negara Eropa.
Striker nomor satu mereka, Ayase Ueda (Feyenoord) dan bek tangguh Takehiro Tomiyasu (Arsenal), tidak ikut lantaran cedera.
Biar begitu, kekuatan Jepang tidak berkurang. Mereka bertabur bintang. Di antaranya, Zion Suzuki (Parma). Yukinari Sugawara (Southampton), Ko Itakura (Monchengladbach), Ayumu Seko (Grasshopper), Yuto Nagatomo (Tokyo FC), Wataru Endo ( Liverpool), Hidemasa Morita (Sporting Lisbon), Daichi Kamada (Crystal Palace), Kaori Mitoma (Brighton Albion), Takefusa Kubo (Real Sociedad), Reo Hatate (Celtic), Takumi Minamino ( AS Monaco), Daichi Kamada (Crystal Palace) Nakamura (Reims), Reo Hatate, Daezen Maeda dan Kyogo Furuhashi (Celtic).
Dengan materi seperti itu, kekuatan Jepang dahsyat dan merata. Pelatih Jepang, Hajime Moriyasu, fanatik dengan pola 4-2-3-1.
Ini pola paling efektif guna menguasai permainan dengan merebut lapangan tengah lalu menyerbu lawan. Formasi itu juga solid meredam serangan lawan.
Kiper Jepang, Zion Suzuki, masih muda, syarat pengalaman, rapi membungkus gawangnya. Suzuki dibentengi empat 'pendekar,' Yukinari Sugawara, Ko Itakura, Koki Machida, Nagatomo/Ayumu Seko.
Ini kuartet pertahanan tangguh, sulit ditembus. Mematahkan serangan lawan, dengan elegant, guna mengawali serangan.
Kekuatan utama Jepang di lapangan tengah, pada jendral Wataru Endo, gelandang bertahan merangkap playmaker.
Bila bola di kaki pemain Liverpool ini, maka lawan terancam. Sebab umpannya terukur, membelah pertahanan lawan, memanjakan para penyerang.
Untuk bertahan Endo dibantu Hidemasa Morita yang bermain untuk Sporting Lisbon. Ini gelandang tenaga kuda, tukang gasak, jago merebut bola di kaki lawan.
Dia perusak permainan lawan. Selain Morita, Jepang juga punya Daichi Kamada yang tak kalah galak dan sigap.
Untuk gelandang serang, Jepang punya trio ganas. Mitoma, Minamino dan Kubo. Ketiganya, cepat, licin, dan lihai mengelabui lawan.
Gawatnya lagi, ketiga pintar mencetak gol. Si kecil Kubo paling ditakuti. Hari Minggu lalu dia membawa Real Sociedad memperdaya Barcelona 1-0.
Daya serang Jepang semakin dahsyat, dengan striker Kyogo Furuhashi andalan klub Celtic.
Posturnya tidak tinggi, tapi liar dan pintar mencari celah kosong untuk menerima umpan, lalu mencetak gol. Atau Daizen Maeda yang juga pemain Celtic, sama berbahayanya.
Racikan Shin Tae-young
Menghadapi Jepang yang bertabur bintang, dan unggul kualitas memang dilema. Mau bermain terbuka, atau pun bertahan bisa cilaka. Kita pun sadar diri, tak perlu menang, bisa menahan imbang Jepang sudah prestasi luar biasa.
Pelatih Shin Tae-young mesti cerdik meracik formasi, strategi dan memilih pemain yang diturunkan.
Saatnya Tae-young menjawab kritikan bahwa dia hanya hebat mencari dan mengumpulkan pemain, namun lemah dalam menerapkan taktik dan strategi.
Yang pasti melawan Jepang, dibutuhkan stamina prima. Gaya bermain Jepang modern, pakai taktik 'box to box' terorganisir.
Membangun serangan dari belakang, menjalar ke depan. Aliran bolanya pendek, tapi cepat, dan variatif.
Gaya ini membuat lawan capek. Bila lawan lengah, umpan tusuk, atau lambung dikirim ke mulut gawang.
Apakah Shin Tae-young, akan memasang tiga centre-back, dengan formasi favoritnya 5-3-2? Boleh saja, namun hati-hati, dua wingback jangan gegabah maju ke depan.
Sebab trio gelandang serang Jepang, Kubo, Mitoma dan Minamino berbahaya bila lepas dari kawalan.
Pilihan lain pakai formasi 4-5-1. Empat pemain dipaku di belakang menunggu lawan datang. Kemudian memainkan tiga gelandang bertahan, guna menahan Jepang di lapangan tengah.
Dua gelandang lain, lebih menyerang bersama satu striker. Peluang pasti sedikit, manfaatkan sebaik-baiknya.
Siapa pun yang bermain, harus fokus dan siap mental. Jangan terulang kesalahan fatal, seperti momen terciptanya dua gol China.
Kawal semua sudut lapangan, tempel ketat lawan. Jay Idez dan kawan-kawan jangan minder, sudah kalah sebelum bertandingan, itu akan mengendorkan semangat juang.
Percaya diri, berani dan taktis memainkan bola, tidak buru-buru membuang bola ke depan. Mainkan ball-possession, sehingga bola tidak gampang hilang.
Tentu saja, pada saat yang tepat, serangan balik mendadak, dengan umpan panjang perlu dilakoni juga.
Begitu hebat Jepang, ada kawan - setengah bercanda - berharap pemain Jepang terjangkit diare, sehingga taji mereka tumpul.
Juga memohon Jepang tidak serius. Bahkan berharap nyali mereka ciut, bermain di hadapan puluhan ribu pendukung militan timnas Garuda. .
Sehebat-hebatnya Jepang, pasti punya kelemahan, dan pasti sesekali berbuat salah pada 90 menit laga.
Semoga itu terjadi, dan timnas bisa memanfaatkannya. Pada akhirnya kita berharap semoga Timnas Garuda tampil keren, cukup meraih hasil imbang.
Bila menang - saya membayangkan - Stadion Utama Gelora Bung Karno pasti berguncang.. Buktikan... Kita Indonesia...... (Reva Deddy Utama, jurnalis pemerhati sepak bola).
Load more