Jakarta, tvOnenews.com - Episode drakor (drama korea) bertema Shin Tae Young (STY) tamat sudah. STY dicopot oleh PSSI sebagai pelatih tim nasional (timnas) sepak bola, Senin, 6 Januari 2025.
Banyak yang maklum STY dicopot, tapi tak sedikit yang menyayangkan. Bahkan sampai sumpah serapah. Mungkin ini karena PSSI belum berterus terang, mengapa STY dicopot?
Lazimnya, di sepak bola pelatih diganti karena dia tidak memberi prestasi, atau gagal memenuhi target. Untuk STY parameter buruknya prestasi mungkin tidak tepat, atau masih bisa didebat.
Sebab Pengurus PSSI, pengamat, pecinta sepak bola terbelah. Ada yang menilai STY sudah mengangkat derajat timnas. Buktinya di bawah STY peringkat timnas di FIFA naik ke urutan 130, sebelumnya 179.
Faktanya, STY sukses mengantar timnas selangkah lagi tampil di Olimpiade Paris 2024. Di bawa STY pula timnas bermain di round 3 Pra Piala Dunia. Itu menempatkan sepak bola Indonesia teratas di Asean, di atas Thailand dan Vietnam.
Bagi yang tak mendukung, beralasan, STY selama empat tahun tidak memberikan piala, atau medali. Gagal di Piala AFF, gagal pula di Sea Games. STY lemah dalam strategi, ruwet pula dalam komunikasi.
Suara yang minta STY dicopot sudah terdengar setahun lalu. Itu suara semakin vokal beberapa bulan terakhir. Puncaknya ketika STY dan Timnas Yunior gagal di Piala AFF medio Desember 2024.
Bahkan beberapa pengamat yang semula mendukung berbalik, minta STY diganti. Sedangkan manajer timnas, Sumarji, tidak berkomentar seperti menyimpan masalah, menjaga timnas agar kondusif.
Pemain Naturalisasi Tidak Nyaman
Saya mengatakan, mungkin. STY dicopot karena lemahnya chemistry di timnas. Ini karena pemain naturalisasi, tidak nyaman dengan pelatih asal Korea Selatan itu.
Kabarnya, kondisi buram itu sudah menerpa, saat STY tidak lagi memakai Elkan Balkot. Dan semakin buruk, ketika Mees Hilgers, Eliano Reijnders dan Kevin Dick bergabung.
Itulah mengapa di laga lawan Arab Saudi di Gelora Bung Karno, Hilgers dan Dick, menghindar, tidak memperkuat timnas dengan alasan cedera. Virus tidak nyaman dengan STY menjalar cepat.
Tidak heran, jelang lawan Arab Saudi, kapten Jay Idzes berinisiatif mengumpulkan pemain, tanpa sepengetahuan STY. Idzes meminta komitmen pemain untuk tampil habis- habisan demi 'merah putih.'
Buruknya hubungan pemain naturalisasi dan STY sangat berbahaya. Sementara ke depan timnas menghadapi empat laga penentu di round 3 Pra Piala Dunia. Melawan Australia, Bahrain, Cina dan Jepang. Keputusan harus cepat diambil.
Normalnya, bila hanya satu-dua pemain tidak nyaman, maka si pemain yang dibuang, pelatih bertahan. Tapi bila tujuh-delapan pemain tak sejalan, mau tak mau pelatih harus hengkang.
Jadi, jika benar pencopotan STY lantaran desakan para pemain naturalisasi, PSSI membuat keputusan tepat. Apakah akan menjamin timnas jadi lebih baik?Belum tentu juga, tapi masalah sudah diatasi.
Barangkali, agar masalah buruknya chemistry tidak terulang, PSSI pun sudah mengantisipasi. Kabarnya pengganti STY kemungkinan Patrick Kluivert, legenda sepak bola asal Belanda.
Bila benar Kluivert, maka warna Belanda semakin tebal di timnas kita. Teman saya pun melemparkan candaan: "Waaalah para 'kompeni' ada lagi di sepak bola Indonesia, ha ha ha ha ha ha."
Sejatinya, semoga timnas semakin menyala.
--- Penulis, Reva Deddy Utama, jurnalis pemerhati sepak bola.
(sub)
Load more