Setelah melakukan operasi militer di Timtim, begitu ceritanya, sang TNI yang juga kelompok LGBT tersebut kemudian pulang ke kediamannya di Makassar. Menurut penuturan Burhan, sang prajurit tidak menyenangi istrinya lagi. Dari hasil persidangannya kala itu, Burhan akhirnya memutuskan agar pimpinan sang anggota TNI yang masuk ke dalam LGBT agar dibimbing dan bisa kembali mencintai istri dan keluarganya seperti sedia kala.
"Bahkan dia menjadi kaum penyenang laki-laki. Itu fenomena awal yang saya sidangkan pertama kali dulu. Itu saya masukkan dalam putusan, untuk diobati oleh komandannya sampe dia sembuh," kata Burhan.
Kemudian belakangan, rumor mengenai adanya anggota TNI-Polri yang merupakan anggota LGBT terdengar lagi. Namun kali ini, penyebabnya bukan karena tugas-tugasnya di lapangan, tapi karena pengaruh pergaulan. Namun, ketika CNN secara terpisah mengkonfirmasi Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divhumas Polri Brigjen Awi Setiyono enggan berkomentar lebih lanjut mengenai adanya rumor kelompok LGBT di lingkungan Polri yang diceritakan oleh Burhan.
Fenomena sosial apapun, apalagi memang diduga kuat menjadi motif pembunuhan Brigadir Yosua, berhak diketahui publik. Tujuannya terutama agar masyarakat mengambil pelajaran untuk mencegah perbuatan/perilaku itu meluas di masyarakat. Minimal untuk melindungi keluarganya, anak dan cucunya.
Ini sejalan dengan Perintah Presiden Jokowi yang berulangkali menyatakan agar pihak polri membuka kasus seterang- terangnya. Perintah Presiden tidak seyogyanya dipersempit maknanya oleh Kabareskrim dan Menkopolhukam.
Sebatas melindungi "perasaan keluarga pelaku maupun korban" bahkan pun " demi kepentingan institusi Polri", melainkan seluasnya. Yaitu demi penegakan hukum. Dengan berpijak demi penegakan hukum itu publik bisa memperoleh kepastian hukum negara akan mengatasi fenomena yang membahayakan keselamatan jiwa seluruh rakyat Indonesia.
"Salus Populi Suprema Lex Esto" atau keselamatan rakyat merupakan hukum tertunggi. Fenomena LGBT di tengah masyarakat harus ditangani seserius negara menangani Pandemi Virus Covid 19.
Load more