Tragedi Stadion Kanjuruhan, Malang, menewaskan 135 jiwa, membuat sepak bola kita jatuh hingga titik paling dasar. Semua sependapat, itu peristiwa kemanusian sangat memilukan, tak ada bandingnya. Tak ada maaf, harus diusut tuntas. Yang bersalah mesti dihukum. Tapi tolong, jangan sampai merugikan sepak bola sendiri.
Tim pencari fakta, dipimpin Menko Polhukam, Mahfud MD, merekomendasi agar Ketua Umum PSSI Mochamad Irawan (Iwan Bule) dan semua Executive Committe (Exco) mundur. Mereka bertanggung jawab secara moral.
Apakah dengan mengikuti rekomendasi itu akan membuat kinerja organisasi dan prestasi sepak bola lebih baik?
Yang jelas, kendati saya bisa berhitung, tapi tak bisa menghitung, sudah berapa kali kepengurusan PSSI berganti. Yang saya ingat, PSSI sudah dipimpin oleh orang-orang pintar dan baik hati. Mulai dari Menteri, Jenderal TNI, dan Jenderal Polisi, hingga politisi, dan kyai. Alhasil sepak bola kita tetap saja, masih miskin prestasi, dan lemah di cakupan organisasi.
Sekarang, gayung bersambut, itikad sudah terlontar. Iwan Bule dan semua Exco PSSI bersedia keluar. Kongres Luar Biasa PSSI untuk memilih, mengangkat Ketum dan Exco PSSI baru segera digelar. Tak dinyana, insan sepak bola pun baru sadar. Kinerja PSSI yang lumayan baik di bawah Iwan Bule dipertaruhkan. Lantas, siapa figur kredibel untuk memimpin PSSI?
Erick Thohir dan FIFA
Erick Thohir, Menteri BUMN, disebut paling mumpuni jadi Ketum PSSI. Itu sudah lama diyakini, jauh sebelum Tragedi Kanjuruhan terjadi. Bahkan jauh sebelum Erick jadi menteri.
"Wahh... ngurus sepakbola Indonesia repot. Semua pihak mesti dibuat senang. Yang terjadi kita capek-capek kerja, ehh malah banyak musuh," kata Erick dulu.
Kini, Etho (panggilan akrab Erick Thohir) kembali dijagokan. Maklum, dia punya banyak kelebihan. Yang pasti, dia bukan sosok mendadak sepakbola, seperti ketum-ketum PSSI sebelumnya. Pergaulan sepakbolanya kelas dunia.
Etho pemilik dan pengurus klub Oxford United, League One, Inggris. Sebelumnya Etho punya klub DC United di Washington DC, Amerika Serikat. Kemudian pamor Etho mendunia, saat membeli dan membenahi klub raksasa, Internazionale Milan, Italia.
Tidak heran ketika para petinggi PSSI susah-payah melobi FIFA untuk berbagai kepentingan, Etho gampang saja bertemu Presiden FIFA, Gianni Infantino. Kalau pun kemudian Gianni mau berkunjung ke Jakarta, pasca-Tragedi Kanjuruhan, diyakini ada peran Etho. Begitu juga mengapa FIFA tetap menunjuk Indonesia tuan rumah Piala Dunia U-20, sekali pun ada Tragedi Kanjuruhan.
Nama Erick Thohir, memang, awalnya dikenal luas dari lingkungan olahraga, padahal dia juga hebat di dunia bisnis. Etho mengawalinya dari kancah basket. Perannya mulai dari pejabat pemula hingga Ketum PB Perbasi. Yang menonjol adalah loyalitasnya. Etho tidak pernah meninggalkan basket nasional, selama tiga dekade terakhir.
Etho adalah pemilik klub Satria Muda, langganan juara Liga Basket Indonesia (IBL). Etho adalah sosok penting di balik sukses timnas Basket membuat sejarah, kali pertama meraih medali emas di SEA Games Vietnam 2021. Etho pun aktor utama yang membawa kejuaraan basket dunia ke Jakarta, Agustus 2023 mendatang. Pendek kata Etho boleh digelari "godfather," bapak pembina, basket nasional.
Etho juga banyak pengalaman di federasi olahraga kelas atas. Dia pernah memimpin IOC (Indonesia Olympic Committee). Sekarang, dia masih terdaftar sebagai petinggi, Central Board Members, Federasi Basket Internasional (FIBA). Dan yang fenomenal, Etho sukses menyelenggarakan Asian Games Jakarta dan Palembang 2018.
Lalu apakah Etho pernah bersinggungan dengan sepak bola nasional? Tentu saja. Tapi entah kenapa dia suka di balik layar. Dia ikut serta membidani Persib jadi klub hebat. Juga terlibat mengangkat prestasi Persis Solo ke Liga 1. Ini yang tak boleh diabaikan, Etho berjasa membawa sponsor Bank Rakyat Indonesia (BRI) sehingga Kompetisi Liga 1 bisa berjalan.
Pembaca pasti menuding, tulisan ini subyektif, mendewakan Erick Thohir. Itu bisa dimaklumi. Penulis berharap tulisan ini dibaca Etho. Lalu dia sadar dan terpanggil bahwa sudah waktunya dia memimpin sepakbola Indonesia.
Lantaran itu, para insan sepak bola – khususnya para voters PSSI – menakar Erick Thohir jadi Ketum PSSI, bukan dengan pertanyaan: Apakah dia mampu? Tapi apakah dia mau?
* Reva Deddy Utama, Wartawan dan Pemerhati Sepak Bola
Load more