Sejauh ini baru ada dua tokoh yang ingin jadi Ketua Umum Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI) periode tahun 2023-2027. Pertama Erick Thohir, Menteri BUMN (Badan Usaha Milik Negara), dan LaNyalla Mahmud Mattalitti, Ketua DPD (Dewan Perwakilan Daerah) RI.
Setidaknya, kali ini kedua calon Ketum PSSI bukan figur mendadak sepakbola. Erick Thohir sudah lama dekat dengan sepakbola sebagai pemilik beberapa klub, mulai Persib Bandung, Persis Solo, hingga Inter, Washington DC, dan Oxford United.
Sementara kaitan LaNyalla dengan sepakbola berawal sebagai pengurus Asprov PSSI Jawa Timur. Kemudian ia naik ke tingkat pusat, sebagai Wakil Ketum PSSI merangkap Kepala Bidang Timnas saat PSSI dipimpin Djohar Arifin Husin, 2013-2015. Kemudian ke puncak sebagai Ketum PSSI terpilih, 2015-2019.
Tak ayal, duel Erick versus LaNyalla, umpama turnamen, sudah babak grandfinal. Keduanya layak, punya bobot, bibit, bebet untuk duduk di kursi panas Ketum PSSI. Kini tinggal siapa paling lihai merayu voter, pemilik hak suara, penentu siapa pemenang.
Erick Thohir punya imej sebagai sosok perubahan. Bila sepakbola kita ingin sentuhan baru, maka Erick pilihannya. Itu bukan angan-angan, tapi jaminan. Lihat saja kinerja Erick, sudah puluhan perusahaan di bawah kementerian BUMN disentuh, lalu diubahnya hingga lebih baik.
Kesetiaan, dedikasi dan prestasi Erick atas tugas, khusus di kancah olahraga, sudah terbukti. Erick hingga kini, selama tiga dekade, setia mengawal basket. Erick sukses memimpin IOC (Indonesia Olympic Committee), dan dipuji sebagai ketua pelaksana Asian Games Jakarta-Palembang 2018.
Itu semua lantaran Erick memang punya passion dengan olahraga. Perhelatan olahraga tingkat kantoran saja dia concern. "Olahraga itu bukan cuma membuat kita sehat, berfikir positif, juga berprilaku sportif. Tak kalah penting, banyak teman," kata Erick di suatu kesempatan.
Erick berperan penting membangun olahraga nasional saat ini. Bisa berjalannya konsep DBON (Desain Besar Olahraga Nasional) sedikit banyak atas bantuan Erick. Itu dengan komitnya unit-unit usaha BUMN jadi bapak asuh, penyandang dana, untuk beberapa cabang olahraga. Dan sudah berjalan.
Untuk sepakbola nasional sendiri, Erick punya andil besar. Dia merestui Bank Rakyat Indonesia menjadi sponsor utama Liga 1. Peran serta BRI sebagai sumber dana sudah memasuki tahun kedua, sehingga hingga roda kompetisi Liga 1 lancar berputar.
Sejatinya dengan jejak rekor, kewenangan, jaringan dan pengaruh yang dimiliki Erick, sepakbola nasional membutuhkannya. Kini tinggal para voter, pemilik suara di KLB (Kongres Luar Biasa) PSSI menentukan. Apakah Erick ketum yang mereka cari?
Lalu bagaimana LaNyalla? Dia punya prestasi di sepakbola nasional. Saat jadi Kabid Timnas, LaNyalla mempersembahkan medali perak SEA Games ke-27, Myanmar 2013. Kemudian ia membawa Timnas U-19 era Evan Dimas meraih Piala AFF. LaNyalla juga sukses mengangkat sepakbola Indonesia di ranking FIFA ke posisi ke-156 dari sebelumnya 172.
Sebagai pemimpin LaNyalla punya kharisma, berani mengambil kebijakan, seorang petarung tulen. Itu ditunjukkannya saat jadi Ketum PSSI sekitar 20 bulan, April 2015 hingga November 2016. Sekali pun kepengurusannya dibekukan oleh Menpora Imam Nahrawi, tapi kinerja PSSI tetap berjalan.
Ketika itu roda organisasi PSSI pusat dan daerah tetap berfungsi. Semua program mulai pembinaan usia dini, penataran pelatih, wasit dan perangkat pertandingan berjalan. Begitu juga kompetisi liga, sekali pun terkadang sulit mendapat izin pertandingan.
Pembinaan timnas junior hingga senior juga berlangsung. Hanya tak ada pertandingan akibat sanksi FIFA, karena pemerintah c.q. Menpora ikut campur mengurus dapur PSSI. Di masa itu, terlihat bagaimana militannya LaNyalla membangun sepakbola nasional. Dia juga royal mengucurkan uang pribadinya.
Boleh dibilang kepengurusan PSSI paling kompak di era LaNyalla. Para Exco hampir setiap pekan bertemu, untuk mengambil keputusan strategis. "Saya masih berutang dengan sepakbola nasional, karena itulah saya ingin memimpin PSSI lagi," kata La Nyalla, yang posisinya sebagai Ketum PSSI didongkel di tengah jalan.
Kelebihan LaNyalla dari Erick Thohir berebut predikat orang nomor satu di pentas sepakbola nasional adalah penguasaan lapangan. LaNyalla punya kantong pendukung, dan orang lapangan yang jago bergerilya menggalang dan 'merayu' pemilik suara.
Bayangkan saat terpilih jadi Ketum PSSI di KLB 18 April 2015, LaNyalla merebut 97 dari 107 suara voter. Itu pasti didukung strategi penggalangan yang jitu dan cerdas. Nah... di KLB PSSI, yang digelar 16 Februari mendatang, para voter tidak banyak berubah, hampir sama dengan di KLB 2015. Artinya, para voter itu sudah bersahabat dengan LaNyalla.
Kita sebagai penggemar sepakbola berharap semoga agenda KLB berjalan lancar. Dan para voter pun memilih pemimpinnya dengan nurani, bukan lantaran money, hahahaha… *
Penulis: Reva Deddy Utama, wartawan - pemerhati sepakbola
Load more