tvOnenews.com - Jalan Cristiano Ronaldo untuk menjadi bintang sepak bola dimulai dengan kepindahan fenomenalnya ke Manchester United pada tahun 2003. Namun ternyata ada kisah sedih di balik itu.
Ronaldo hampir saja berhenti bermain sepak bola di tahun-tahun awalnya di Old Trafford. Pemain berusia 38 tahun itu pindah dari Sporting Lisbon ke MU saat masih berusia 18 tahun.
Kehadirannya diharapkan bisa menggantikan David Beckham yang pindah ke Real Madrid. Selama enam tahun berikutnya, Ronaldo menjelma menjadi pemain terbaik di dunia.
CR7 terus-menerus memenangkan trofi sepanjang kariernya. Real Madrid pun terpincut. Mereka rela menggelontorkan dana sebesar £80 juta untuk pemain Portugal tersebut.
Di sana ia terus meniti jejak legendarisnya sebagai salah satu pemain terbaik yang pernah menghiasi lapangan sepak bola modern.
Ronaldo kemudian pindah ke Juventus pada tahun 2019, sebelum akhirnya kembali lagi ke Old Trafford pada musim panas 2021.
Namun, MU di bawa Erik ten Hag nampaknya tak berpihak pada Ronaldo. Hubungan emosional dengan klub yang membesarkannya itu justru berakhir suram.
Wawancara dengan Piers Morgan disebut-sebut jadi sebab pihak Old Trafford marah besar. CR7 kemudian memutuskan keputusan berat hengkang dari Eropa ke Arab Saudi untuk bermain bersama Al Nassr yang menjadikannya pemain terkaya di dunia.
Namun segala sesuatunya bisa saja berbeda jika Ronaldo mengambil arah yang berbeda di jalan hidupnya. Kekasih Georginia Rodriguez itu sempat mempertimbangkan untuk berhenti bermain sepak bola ketika masih menjadi pemain muda di akademi Sporting.
Sebabnya, Ronaldo berasal dari Madeira, sebuah pulau Portugis di Samudra Atlantik. Dia terbiasa berbicara dengan aksen Madeiran dan inilah yang menyebabkan masalah intimidasi ketika ia pindah ke daratan jauh dari rumah untuk bermain untuk Sporting di akademi mereka.
Menurut The Sun, dilansir dari Sportbible buku tersebut menyatakan bahwa Ronaldo pernah berencana untuk berhenti bermain bola ketika masih menimba ilmu di akademi bersama Sporting.
Buku tersebut juga mengungkapkan bahwa Ronaldo diejek karena aksen Madeirannya oleh anak laki-laki lain dan menangis setiap hari karena merindukan keluarga dan teman-temannya.
Di usianya yang masih belia, Ronaldo kerap gagal mengendalikan emosinya dan akibatnya sering terlibat pertengkaran dengan teman-temannya.
Akhirnya, Ronaldo diizinkan berhenti sekolah dan fokus pada sepak bola. Dia kemudian membuktikan kualitasnya. Ronaldo menjadi dihargai dengan dipanggil ke tim utama Sporting dan sisanya adalah kisah sukses yang indah. (amr)
Load more