Jakarta, tvOnenews.com - Diego Simeone merupakan salah satu pelatih top dengan bayaran paling tinggi di dunia. Dia mendapatkan gaji sebesar 43,2 juta euro atau sekitar Rp747,8 miliar per tahun bersama Los Colchoneros.
Penghasilan fantastis Simeone dikabarkan hampir dua kali lipat lebih banyak dari yang didapat pelatih sekelas Pep Guardiola. Lantas, mengapa Atletico Madrid mau membayar Simeone semahal itu?
Simeone merupakan aktor pengangkat derajat Atletico. Sebelum dia menangani Los Rojiblancos, Atletico merupakan tim papan tengah Liga Spanyol.
Walau punya latar sejarah sembilan kali juara La Liga, Atletico awalnya dicap tim semenjana karena kali terakhir menjadi kampiun pada 1995-1996 silam.
Bahkan, di medio 2000, Atletico harus terdegradasi ke Divisi Dua dan sempat bertahan selama dua musim di sana sebelum akhirnya kembali ke Liga Spanyol.
Sejak adanya promosi ulang pada tahun 2003, prestasi paling baik yang dicapai Atletico hanya berada di posisi empat Liga Spanyol.
Padahal, saat itu skuad Atletico bisa dibilang sudah diisi oleh penyerang tajam sekaliber Diego Forlan, Fernando Torres, dan Sergio Aguero.
Atletico bahkan tak pernah disebut sebagai klub raksasa Spanyol, hanya Real Madrid dan FC Barcelona yang selalu menguasai papan atas klasemen.
Kemudian pada pertengahan musim 2011/2012 saat masih dipegang oleh Gregorio Manzano, Los Rojiblancos sempat terpeleset hingga mendekati zona degradasi Liga Spanyol.
Kala itu lah Diego Simeone masuk dengan misi, menjauhkan Atletico dari jurang degradasi.
Akan tetapi, alih-alih keluar dari jurang, pria Argentina itu malah membawa Atletico semakin meroket.
Atleti bahkan dibawanya menuju posisi lima klasemen akhir, dan bahkan bisa masuk ke zona Liga Eropa.
Bahkan, trofi Liga Europa juga berhasil diraih Diego Simeone pada musim pertamanya menahkodai Atletico.
Setelah itu, ida mendapat perpanjangan kontrak dan langsung menanamkan idenya di benak para pemain.
Yaitu, bermain bertahan sebaik mungkin kemudian menerkam tim lawan lewat serangan balik.
"Satu-satunya hal yang kami pedulikan adalah melakukan apa yang harus kami lakukan dengan cara terbaik," kata Simeone dikutip dari Marca.
"Kami harus beradaptasi dengan keadaan, hal yang saya cari adalah kemenangan, dengan cara dan gaya saya sendiri," tambah pelatih berusia 53 tahun itu.
Meskipun banyak mendapatkan kritik pedas karena permainan pragmatisnya.
Simeone justru mampu membuktikan bahwa cara bermainnya itu mampu membuat Atletico menjadi raksasa di Spanyol.
Prestasi terus diukir Atleti bersama Simeone diantaranya berhasil membawa pulang trofi Copa del Rey pada 2012/2013, Liga Spanyol pada 2013/2014 dan 2020/2021, Liga Europa lagi pada 2017/2018.
Tak hanya itu, Atleti berhasil menyabet Piala Super Eropa pada 2012 dan 2018.
Bahkan di Liga Champions, Atletico juga mampu menembus babak final pada 2013/2014 dan 2015/2016.
Simeone juga mampu membangun tim setelah ditinggal sejumlah bintang terbaiknya di lapangan hijau.
Pelatih yang dijuluki El Cholo itu bahkan tetap mampu mempertahankan level tim meski ditinggal Falcao, Diego Costa, Filipe Luis, Gabi, Arda Turan, Mario Mandzukic, Miranda, hingga Antoine Griezmann.
Simeone juga dikenal sebagai pelatih yang bisa mendongkrak performa striker yang diasuhnya.
Sebut saja nama-nama seperti Sergio Aguero, Fernando Torres, dan Diego Costa yang akhirnya bisa dijual dengan harga mahal.
Nama terakhir yang kala itu menjadi sorotan adalah Marcos Llorente. Meskipun posisi asli pemain asal Spanyol tersebut adalah gelandang bertahan.
Namun LIorente diplot sebagai striker oleh Simeone dalam latihan Atletico.
Kala menjalani peran barunya bersama Simeone di musim lalu, mantan pemain Real Madrid itu bahkan mampu menjadi topskor kedua Atletico.
Llorente mampu menorehkan 13 gol sepanjang musim, dan hanya kalah dari Luis Suarez yang mampu mencetak 21 gol untuk Atletico.
Berkat polesan Diego Simeone juga, Llorente mampu menembus skuad Timnas Spanyol pada Euro 2020 silam. (dwi/mir)
Load more