tvOnenews.com - Anggota Komite Eksekutif (Exco PSSI) Arya Sinulingga mengaku kaget melihat realtas sepak bola Indonesia.
Arya mengaku terkejut dengan minimnya kompetisi usia muda terutama di daerah.
Arya Sinulingga bahkan sampai sakit peut saat melihat secara langsung keadaan yang terjadi di daerah, salah satunya di Sumatera Utara.
Dalam acara diskusi '94 Tahun PSSI Mau Kemana' Arya menceritakan kisahnya saat ditunjuk menjadi pejabat pelaksana Asprov PSSI Sumatera Utara.
Sebagai pejabat Asprov, Arya diberikan mandat dan berkesempatan untuk melihat secara langsung keadaan sepak bola Indonesia yang terjadi di Sumatera Utara.
Arya mengungkapkan bahwa dirinya kaget saat mengetahui hanya ada satu pemain saja yang lolos masuk seleksi Timnas Indonesia U-20 dari sekitar 400 pemain yang mendaftar.
Tak hanya itu, kenyataan pahit harus dirasakan saat tak adanya pemain dari Sumatera Utara yang lolos seleksi Timnas Indonesia U-16.
"Sakit perut saya lihat kenyataan ini, apa yang mau dibenahi. Dibenahi itu kalau ada objeknya, inilah pekerjaan PSSI memperbanyak wasit, pelatih, dan menggelar kompetisi," kata Arya Sinulingga di GBK Arena, Sabtu (11/5/2024).
"Yang namanya sumber pemain ada di daerah, kabupaten, bukan di nasional. Medan adalah penghasil pemain Timnas, saya berkali-kali bilang kami buat talent scouting dengan Indra Sjafri cari pemain U-20," tambahnya.
Arya Sinulingga dalam diskusi "Refleksi 94 Tahun PSSI". Dok. tvOnenews/Ilham Giovani Pratama
Dalam acara diskusi bersama PSSI Pers itu, Arya memang kerap kali mengucapkan kata 'sakit perut' sebagai ungkapan rasa kagetnya melihat kondisi miris yang terjadi di Sumatera Utara.
Arya menjelaskan bahwa hasil dari blusukan itu didapatkan bila para pemain muda di Sumatera Utara hanya mengandalkan kompetisi Liga 3 dan Piala Soeratin.
"Pertama kali saya ke Asprov Sumut. Ternyata daerah ini hanya mengandalkan kompetisi program dari federasi yaitu Liga 3 dan Soeratin," jelas Arya.
"Engga ada yang lainnya, yang ada cuman Jawa Barat dan Jatim. Artinya lebih dari 30 provinsi lain engga ada kompetisi lain juga, makanya jangan heran klub Liga 1 banyak di Jatim dan Jabar karena jalan semua," tambahnya.
Arya menyayangkan terkait jumlah klub yang ada di Sumatera Utara sangat sedikit, terutama klub yang berkompetisi di Liga 3 Indonesia.
Ia menjabarkan bahwa sejatinya para pemain muda di daerah setidaknya harus memiliki jam terbang bermain lebih 30 jam.
Namun kondisi yang terjadi di Sumatera Utara yang mengandalkan kompetisi Liga 3 dan Piala Soeratin, para pemain hanya memiliki kesempatan untuk bermain selama delapan kali saja dalam satu tahun.
"Sumut hanya ada 13 klub di Liga 3, mereka hanya maun delapan kali. Padahal minimal anak-anak bermain 30 kali pertandingan tiap tahunnya," pungkas Arya.
Melihat kondisi tersebut membuat Arya mengambil langkah bersama PSSI untuk berbenah memperbaiki kompetisi lokal mulai dari Liga 3.
Dirinya mengaku bersama PSSI akan memperbaiki sepak bola Indonesia dari bawah supaya tak berdampak ke Timnas Indonesia di masa yang akan datang. (igp/hfp)
Load more