Gresik, Jawa Timur - Keputusan rapat Exco PSSI yang memutuskan kompetisi Liga 2 dihentikan membuat kaget semua klub. Pasalnya, klub Liga 2 yang mengikuti kompetisi mengaku kecewa kompetisi tidak dilanjutkan.
"Kalau dibilang kecewa otomatis iya, kami berharap ada solusi bagi pemangku kebijakan sepak bola di tanah air," ujar Direktur Operasional Gresik United, Thoriqi Fajrin, Jumat (13/1).
Bagi manajemen Gresik United, keputusan yang diambil itu sangat berat. Hal ini karena ibarat klub sudah mengeluarkan tenaga, pikiran dan finansial. Apalagi selama kompetisi liga 2 digelar klub sudah mengeluarkan biaya yang tidak sedikit.
"Tim kami sudah onfire, Stadion Gelora Joko Samudro juga sudah dinilai melalui risk assement oleh Mabes Polri. Hasilnya, tidak mengecewakan dan layak dipakai untuk kompetisi Liga 1 dan 2. Kalau dihentikan sama saja kami sudah bekerja tapi tak ada hasilnya," kata Kaji Ricky sapaan akrab Thoriqi Fajrin.
Dihentikannya kompetisi Liga 2 berdampak juga pada pemain. Mereka yang mencari nafkah disitu otomatis harus menganggur tanpa ada kompetisi. Tidak hanya itu, perekonomian dari sepak bola dipastikan berhenti.
Mengenai 20 klub Liga 2 yang menginginkan kompetisi tidak lanjut versi Exco PSSI. Ini sangat bertentangan dengan semangat klub. Pasalnya, hampir sebagian besar home based (stadion tuan rumah) sudah dinilai, dan tentunya mengeluarkan biaya tidak sedikit karena operasional tim risk assement biayanya ditanggung oleh klub.
Kekecewaan itu tidak hanya dialami manajemen Gresik United tapi juga pemain. Mereka mengaku sangat kecewa keputusan yang dikeluarkan oleh Exco PSSI. Ini karena profesi pemain bola sangat bergantung pada kompetisi.
Load more