Pernyataan Kevin Soni hampir setara dengan kisah Selcuk Inan, pelatih Kasimpasa yang menyaksikan banyak kematian di Hatay.
"Kami pergi untuk pertandingan melawan Hatayspor. Kami akan tinggal di sana setelah pertandingan karena kondisi cuaca buruk untuk kembali ke Istanbul. Memanfaatkan situasi ini, saya pulang kampung, mengunjungi orang tua dan menginap,” ujar Inan yang berasal dari Iskanderon di Provinsi Hatay.
“Moga Tuhan tidak membiarkan siapa pun mengalami hal seperti itu. Semua orang mengatakan ‘saya melihat kematian’, seperti itu keadaannya. Saya bisa melihat ke luar rumah tetapi tidak bisa keluar,” cerita Selcuk Inan setelah kejadian.
“Saya bukan orang dengan kesadaran gempa yang sangat tinggi. Keluarga saya juga tidak sadar. Saya berada di lantai dua, saya segera turun ke bawah. Pintu keluar tertutup. Ada pintu besi yang terbuka ke arah balkon, kami berpegangan di situ agar tak tercampak," lanjut Inan.
"Secepat kilat, Anda membayangkan orang-orang yang Anda cintai. Setelah gempa berakhir, kami naik ke atas untuk menjemput orang tua saya. Tapi sulit, lemari terbalik. Itu situasi yang sulit.”
"Kerabat dekat saya baik-baik saja, Alhamdulillah, tapi kami kehilangan banyak sepupu dari orang tua saya," urai Selcuk Inan. "Saya tahu banyak di Hatay. Saya juga ada di sana. Saya masih tidak percaya, gempa terasa hingga di 10 provinsi. Sangat sulit untuk menolong begitu banyak orang.”
Load more