tvOnenews.com – Siapa saja pesepakbola internasional yang sedang merayakan ulang tahun? Ada juara Piala Dunia 2022, 2014, 1994, dan pemain Timnas yang lahir pada 12 Februari.
Pep Guardiola pantas menyesal telah menukar Nicolas Otamendi dengan Ruben Dias pada awal musim 2020-2021. Benfica pun tak lagi risau mengingat debut Otamendi yang menyebabkan lawan mendapat dua gol meski tetap kalah 2-3 di Liga Portugal.
Sebagian pendukung Benfica justru ingin mengenang keberanian Otamendi mengorbankan diri hingga kena kartu merah di Liga Europa. Rangers gagal menang dan akhirnya imbang 3-3.
Keberanian Otamendi pula membuahkan julukannya semasa ia memperkuat Manchester City.
"Kami punya seorang Superman di tim, Nico Otamendi. Ia kompetitor terbesar yang aku pernah lihat dalam hidup. Ia begitu penting. Tanpa Nico, tak mungkin kami melakukan apa yang kami raih," kata Pep Guardiola sesudah juara Premier League 2018-2019.
Namun Pep mengaku ingin mencari pemain lebih muda. Pada kenyataannya, dua tahun setelah pergi, Otamendi meraih apa yang ia tidak dapat di City. Mulai Agustus 2022, Nico menjadi kapten dengan panggilan “jenderal” karena gaya selebrasinya yang kerap menghormat penonton.
Desember 2022, pria bertubuh 183 cm menggapai posisi tertinggi: jadi juara Piala Dunia 2022 bersama Argentina dengan status tak tergantikan. Hanya Nicolas Otamendi, kiper Emiliano Martinez, dan kapten Lionel Messi yang terus main dalam tujuh pertandingan.
Semula banyak orang – seperti Guardiola – menganggap Otamendi sudah tua. Sebagai senior bersama Messi, Angel Di Maria, Papu Gomez, dan Franco Armani, ia malah menjadi mentor bek-bek lebih muda.
Pelatih Lionel Scaloni mengharuskan Cristian Romero, Lisandro Martinez, German Pezzella, hingga Juan Foyth belajar dari sang warrior, petarung, petinju.
“Nicolas memiliki latar belakang petinju, sebelum ia memilih sepakbola. Dan tinju membuat ia jadi sosok bek yang menakutkan bagi lawan,” ucap Scaloni.
Julukan “El Mohicano” pun lahir karena penampilan fisiknya beserta gaya rambut, cambang dan janggut. “Aku memilih gaya ini karena membuat aku lebih agresif dan terlihat tangguh,” buka Otamendi.
Ketangguhan sudah terbentuk sejak bocah. Silvia Lemos, ibunya bercerita, si kecil Nico sanggup berganti dua bus tiap kali melakukan perjalanan, makan di kendaraan umum, agar dapat berlatih di Velez Sarsfield, yang berjarak 31 km dari rumahnya di El Talar, di bagian lain Buenos Aires.
Bocah kelahiran 12 Februari 1988 pun rela berganti posisi, dari kiper sampai memperlihatkan bakat asli sebagai bek tengah. Ia juga menunggu lama hingga mendapat kesempatan tampil di Liga Argentina dan memukau pelatih tim nasional yang merupakan idolanya: Diego Maradona.
Tampil di Piala Dunia 2010, gagal masuk tim 2014 karena cedera, menelan kepahitan di final Copa America 2015 dan 2016, juga FIFA World Cup 2018, Nicolas Otamendi tetap berjuang bersama Lionel Messi dan prajurit Lionel Scaloni.
Mulai dari peringkat ketiga Copa America 2019, Argentina lalu juara pada 2021, kemudian memenangi Finalissima 2022, dan merebut Piala Dunia 2022 saat Nicolas Otamendi memainkan pertandingan ke-100 untuk negaranya!
Fans Argentina bercanda, andai Nicolas Otamendi hadir dan menjadi kiper yang berperan selayak petinju merubuhkan lawan-lawan, mungkin Jerman tak akan jadi juara Piala Dunia 2014.
Andai terjadi, mungkin kiper utama Jerman, Manuel Neuer, tidak akan meraih penghargaan Golden Glove; Roman Weidenfeller pun tidak membawa cerita tentang Piala Dunia 2014 saat berkunjung ke Jakarta, Indonesia, pada Februari 2023.
Dan Ron-Robert Zieler pun tidak kebagian medali emas sebagai anggota tim juara. Tanpa satu laga pun, kiper kelahiran 12 Februari 1989 ikut mengangkat Piala Dunia selaku cadangan Neuer dan Weidenfeller.
Walau bagaimana pun keberuntungan Ron-Robert Zieler, pengalamannya membuat iri kolega, termasuk pemain yang berbagi tanggal lahir pada 12 Februari. Bahkan Seifeddine Jaziri (kelahiran 1993) tidak mendapat kesempatan main di Piala Dunia 2022 sampai Tunisia tersingkir pada fase grup.
Lahir pada hari yang sama dengan Jaziri, Rafinha Alcantara, (12 Februari 1993) malah belum merasakan main di Piala Dunia. Pemain bernama asli Rafael Alcântara do Nascimento tak terpilih masuk tim Brasil meski sang gelandang hadir di Doha, Qatar, karena Rafinha kini berkarier di klub Al Arabi sejak September 2022.
Rafinha tak semujur abang kandungnya, Thiago Alcântara do Nascimento, yang mengatur lini tengah Spanyol di Russia 2018. Jangan bandingkan pula dengan ayah mereka, gelandang Iomar do Nascimento alias Mazinho, sang juara Piala Dunia 1994 bersama Brasil.
Di dalam negeri, dua gelandang tim nasional (Timnas) Indonesia, Feby Eka Putra (kelahiran 12 Februari 1999) dan Tony Sucipto (12 Februari 1986) tetap menjalani jadwal Liga 1 saat Dewa United dan Persija bertanding pada 20 Desember 2022 atau dua hari sesudah final Piala Dunia 2022. (raw)
Load more