tvOnenews.com - Publik mengecam tindakan tutup mulut yang dilakukan FIFA usai serangan Israel pada warga sipil Palestina di ajang Piala Yasser Arafat Cup.
FIFA belum mengambil sikap apapun usai penyerangan Israel yang menembakkan gas air mata ke Stadion Internasional Faisal Al-Husseini, Al-Ram, Kamis (31/3/2023).
Padahal penyerangan tersebut tidak dipicu oleh kejadian apapun dan belum ada keterangan yang diberikan Israel sebagai bentuk tanggung jawab atas kejadian tersebut.
Malam itu, 2.000 orang hadir untuk menonton pertandingan final Piala Yasser Arafat antara juara Liga Palestina, Jabal Al Mukaber menghadapi Balata FC.
Babak pertama berjalan dengan lancar dan tanpa ada hambatan apapun. Bahkan 200 suporter Jabal Al Mukaber turut meramaikan pertandingan tersebut.
Jabel Al Mukaber unggul dari gol Zaid Qunbor di menit 27. Namun akhir babak pertama, tentara Israel tiba-tiba datang dengan kendaraan lapis baja masuk ke stadion.
Tentara Israel menembakkan gas air mata secara brutal ke arah lapangan. Alhasil, gas air mata berhamburan ke dalam stadion dan mengenai bagian lapangan serta tribun penonton.
Dok. Football Palestine
Padahal, pertandingan tersebut dihadiri langsung oleh Presiden Federasi Palestina (PFA) Jibril Al Rajoub dan Konsul Jenderal Turki untuk Palestina, Ahmet Riza Demirer.
Sesegera mungkin penggemar yang juga diisi oleh wanita dan anak-anak ini berlarian ke ruang terbuka untuk menyelamatkan diri. Tak sedikit orang yang mengalami kesulitan bernapas dan pingsan.
Dilansir dari laman Football Palestine, pertandingan sempat dihentikan selama 30 menit untuk membantu korban gas air mata dari pemain dan penonton yang hadir.
Kiper Jabel Al Mukabel, Rmai Hamadi dengan berani meminta melanjutkan pertandingan sebagai wujud keberaniannya menantang Israel.
Pertandingan babak kedua pun dilanjutkan, namun kepulan asap tebal dari gas air mata kembali muncul di menit ke-85. Bahkan usai pertandingan Hamadi harus dilarikan ke rumah sakit akibat menghirup gas air mata.
Presiden PFA Rajoub pun murka dengan tindakan Israel tersebut. Dia pun akan melayangkan aduan resmi pada FIFA untuk mengambil tindakan atas Israel tersebut.
Dia ingin melihat keseriusan FIFA dalam peristiwa kejam yang melanggar hak asasi manusia itu.
"Itu merupakan serangan terencana yang dimaksudkan untuk membahayakan nyawa rakyat kami dan nyawa pemain kami, itu adalah noda dari penjajahan (Israel)," kata Rajoub.
Meski bukan kejadian pertama Israel menekan sepak bola Palestina, namun ini jadi kejadian pertama yang dialami setelah penolakan Israel oleh Indonesia. Hal tersebut membuat Piala Dunia U-20 di Indonesia yang seharusnya digelar mulai Mei 2023 dibatalkan oleh FIFA.
Sejumlah tokoh dan pejabat publik menolak Timnas Israel U-20 bermain di Indonesia yang didapuk sebagai tuan rumah Piala Dunia U-20. Indonesia dianggap tidak siap untuk menggelar Piala Dunia U-20.
FIFA bahkan tengah mempertimbangkan sanksi atas intervensi yang dilakukan pemerintah Indonesia atas penolakan Israel tersebut. Kini giliran Palestina yang menantikan sikap FIFA untuk mengambil sikap atas tindakan Israel.
(hfp)
Load more