Jakarta, tvOnenews.com - Media Italia, Corriere dello Sport, mengungkap bagaimana AS Roma mengabaikan bakat Riccardo Calafiori yang kini berharga fantastis untuk ditransfer ke Arsenal.
Calafiori telah menjadi bahan pembicaraan di kancah sepak bola Italia selama bursa transfer musim panas ini, seiring dengan kegemilangannya bersama Bologna.
Juventus telah dikaitkan dengannya pada akhir musim lalu, dan sang bek tengah berusia 22 tahun sempat diharapkan mengikuti jejak Thiago Motta, yang merapat ke Turin pada musim panas ini.
Namun, seiring dengan kegemilangan bersama Timnas Italia di Euro 2024, deretan tim yang tertarik meminang Calafiori semakin banyak.
Calafiori kini diharapkan untuk gabung Arsenal dengan mahar transfer fiks senilai 45 juta euro disertai bonus sebesar 5 juta euro.
Itu jauh lebih besar dari biaya yang dikeluarkan oleh FC Basel, yang menebusnya kurang dari 2 juta euro pada 2022 lalu.
Setahun kemudian, Bologna datang untuk Calafiori dengan penawaran senilai 4 juta euro, dan itu terbukti menjadi penyesalan untuk AS Roma pada saat ini.
Jurnalis Guido D’Ubaldo menulis melalui Corriere dello Sport, bagaimana AS Roma mengabaikan pemain sehebat Calafiori karena cedera lututnya pada 2018.
“Sedikit uang untuk seorang pemain yang dianggap sebagai salah satu produk terbaik dari akademi Roma. Bruno Conti menemukan bakatnya ketika berusia sembilan tahun, dan dia bermain untuk Petriana,” demikian tulisan D’Ubaldo di Corriere dello Sport.
“Roma tidak percaya kepadanya setelah mengalami cedera lutut. Pada 2018, Riccardo hampir pensiun dari sepak bola,” sambungnya.
“Seorang ahli ortopedi mengatakan bahwa hanya ada sedikit harapan untuk karier sang pemain bintang. Mino Raiola yang malang meykinkan kliennya untuk menjalani operasi di Amerika Serikat,” tambah tulisan tersebut.
Mendiang Raiola merupakan agen pertama Calafiori dan meyakinkan sang defender untuk untuk menjalani operasi lutut di Amerika Serikat seperti Zlatan Ibrahimovic.
“Ketika Calafiori kembali ke lapangan, bahkan bukan debut yang meyakinkan di bawah Fonseca, meyakinkan Roma untuk mengubah pikirannya,” lanjut D’Ubaldo.
“Mourinho tidak melihat banyak darinya dan setelah menjalani masa pinjaman ke Genoa. Thiago Pinto menjualnya ke Basel secara permanen. Roma tidak ingin berjudi untuk pemulihannya, dan kini Calafiori adalah bintang internasional,” tambah artikel tersebut.
“Riccardo adalah salah satu dari sedikit kabar positif dari Euro yang berjalan seperti bencana Azzurri,” tandasnya.
“Pada usia 22, dia adalah seorang pemain yang bugar terlepas siapa yang berpikir bahwa dia sudah tamat. Daniele De Rossi sudah pernah melihatnya bermain sebagai anak-anak dan memberikannya seragam setelah cedera buruk,” sambungnya.
“Banyak yang akan menyerah. Sebaliknya, Riccardo selalu yakin mampu bisa melakukannya, didukung oleh keluarganya. De Rossi menyesal tidak bisa melatihnya setelah menjadi salah satu yang melihat talentanya. Roma kehilangan kesempatan besar dan Bologna mengambilnya.”
Kini, Calafiori dipandang sebagai bek tengah masa depan Timnas Italia, yang diharapkan bisa menjadi andalan hingga lebih dari 10 tahun ke depan mengingat usianya yang masih 22 tahun. (rda)
Load more