Pada edisi debut, timnas bergabung Grup A. Pasukan Garuda membawa pulang keyakinan diri untuk bersaing di pentas tertinggi kejuaraan sepakbola tingkat benua setelah imbang 2-2 dengan Kuwait, kalah 2-4 oleh Korea Selatan dan 0-2 dari tuan rumah Uni Emirat Arab walau tersingkir dari fase pertama.
Empat tahun kemudian, Piala Asia 2000 di Lebanon, timnas mengulang pelajaran dari Uni Emirat Arab 1996. Pasukan Garuda kembali masuk Grup A dan meraih hasil imbang lagi dengan lawan yang sama, Kuwait (0-0), dan kalah dari Korea Selatan (0-3), sebelum menelan kekalahan telak 0-4 oleh China.
Seolah belum jemu berjumpa China sesudah kalah mencolok pada 2000, Indonesia bertemu tuan rumah lagi pada Piala Asia 2004 dan juga di Grup A. Namun sebelum melawan tim Negeri Tirai Bambu, anak-anak Ibu Pertiwi lebih dulu unjuk kebanggaan pada pertandingan pertama di Workers Stadium, Beijing.
Sehari sesudah China dan Bahrain bermain imbang 2-2, tim nasional Indonesia menghadapi Qatar pada jadwal kedua Grup A, 18 Juli 2004. Timnas meledakkan kejutan. Squad arahan pelatih Ivan Kolev asal Bulgaria menang 2-1 dan Indonesia merebut kemenangan pertama dalam keikutsertaan di Piala Asia.
Striker Budi Sudarsono menguak jalan Indonesia menuju gerbang kemenangan. Menit 25, penyerang berjuluk Si Ular Piton memakan umpan matang di mulut gawang Qatar. Gol dari Si Nomor 13 cukup untuk mengantar anak-anak memasuki ruang ganti dengan senyum dan kepercayaan diri tinggi.
Keunggulan timnas bersambung pada awal babak kedua. Qatar masih tidak mengerti bagaimana menahan semangat Squad Garuda. Bahkan wakil Timur Tengah seperti tidak tahu bersikap saat menjaga Bambang Pamungkas yang kebingungan mencari bola sesudah terjadi duel udara di tengah lapangan.
Para pemain Qatar terlambat bereaksi saat Ponaryo Astaman menyambar kesalahan lawan. Berlari membelah pertahanan, pemakai nomor 11 timnas melepas tendangan keras yang menerabas upaya kiper untuk mencegah kebobolan lebih banyak. Gol spektakuler Ponaryo memperbesar skor 2-0.
Meski Qatar kemudian dapat mengutip satu gol saat pertandingan sudah hampir selesai, Indonesia sudah mengamankan hasil indah, merebut kemenangan pertama di pentas Piala Asia. Sukacita timnas bertambah karena penggemar sepakbola di Benua Kuning terus membicarakan gol Ponaryo Astaman.
Kemenangan juga mengerek Pasukan Merah-Putih ke posisi tinggi. Berkat raihan 3 poin, Squad Garuda memimpin Grup A pada pertandingan pertama dan menekan Qatar ke dasar tabel nilai. Bahrain dan China bersisian di urutan kedua dan ketiga sesudah menerima hasil imbang, 2-2, pada laga pertama.
Namun euforia terhenti. Timnas malah bernasib naas pada dua pertandingan sisa fase grup. Tuan rumah China tanpa ampun, tega menghajar Tim Merah-Putih, 5-0. Tim binaan Ivan Kolev pun kolaps pada laga kedua kala Bahrain menang 3-1 dan sekaligus membalaskan kekalahan tetangga di Teluk Persia, Qatar.
Timnas gagal menyaingi dua negara yang mengambil alih keadaan di Grup A. Tuan rumah China berhasil mengumpulkan 7 poin sebagai juara grup. Bahrain merangkum 6 angka di urutan kedua. Indonesia tetap memegang nilai 3 yang terasa sarat kenangan bagi Elie Aiboy dan rekan-rekan selama bersaing di Beijing.
Walau akhirnya tersingkir karena tersendat di peringkat ketiga Grup A, timnas tidak pulang dari China 2004 dengan tangan hampa. Kemenangan atas Qatar, 2-1, telah meninggalkan jejak kenangan berharga, Indonesia berhasil merasakan gempita kemenangan pertama dalam partisipasi di Piala Asia. (raw)
Load more