Final Piala Dunia 2006 meninggalkan kenangan ikonik karena berbagai hal yang memadat pada dua nama: Zinedine Zidane dan Marco Materazzi. Kapten Prancis dan bek Italia menjadi dua aktor utama karena terlibat pada semua peristiwa besar yang mengejutkan dunia dan tak habis dalam satu cerita.
Bek Materazzi memulai drama kala menjegal serbuan gelandang sayap Prancis, Florent Malouda, saat masuk ke petak penalti Italia pada lima menit pertama pertandingan. Wasit langsung menunjuk titik putih, sebagai pertanda vonis hukuman. Dan Zidane maju untuk menjalankan tugas sebagai eksekutor.
Kapten Prancis mengerjakan eksekusi penalti dengan ketenangan tingkat tinggi. Bintang Real Madrid sudah paham bagaimana menaklukkan Gianluigi Buffon, kiper Italia yang pernah jadi rekan mudanya semasa di Juventus. Dengan tendangan ala Anton Panenka, Zidane memperdaya Buffon. Skor 1-0.
Dunia terperangah. Tak ada yang mengira Zizou akan berani mengerjakan penalti dengan teknik yang butuh kematangan dan ketenangan.
"Saya punya satu atau dua detik untuk berpikir tentang bagaimana mengambil penalti. Seorang penjaga gawang yang mengenal saya dengan sangat baik sedang berdiri di depan saya. Jadi saya harus cepat memikirkan sesuatu," ucap Zidane, mengaku tidak melakukan kegilaan karena ia yakin pada tekniknya.
Materazzi lalu mencari cara pembalasan. Lebih dari 10 menit sesudah penalti Zidane, Italia memperoleh sepak pojok sesudah bek Prancis, Eric Abidal, memblok bola tendangan Mauro Camoranesi. Playmaker Andrea Pirlo menendang si kulit bulat, melambung ke arah depan mulut gawang kiper Fabien Barthez.
Sebagai pemain paling tinggi di antara kerumunan pemain Prancis dan Italia, Materazzi memenangi duel udara dan menanduk keras bola ke gawang Barthez. Dari pemain yang menyebabkan timnya terkena sanksi penalti, The Matrix Materazzi tampil menghidupkan kembali harapan hidup Gli Azzurri. Skor 1-1.
Pertandingan terus berjalan dengan tempo cepat. Emosi mulai meningkat. Tapi babak pertama berakhir tanpa ada gol lain. Dua kubu masih memperagakan permainan menarik. Para pemain, yang sebagian besar saling kenal karena bergabung di beberapa klub dan kompetisi yang sama, saling lontar provokasi.
Babak kedua juga berakhir tanpa gol tambahan. Dan memasuki babak tambahan bagian pertama, gol jua tak kunjung lahir. Dalam keadaan lelah, hormon adrenalin mengalir deras, dan emosi terbakar, insiden terjadi pada paruh kedua extra time yang melibatkan dua pemain pembuat gol di masing-masing kubu.
Entah siapa yang memulai perseteruan lebih dulu tapi rekaman televisi memperlihatkan Zidane tiba-tiba berbalik dan menanduk dada Materazzi hingga terjengkang kesakitan. Wasit tidak melihat kejadian tapi asistennya mengaku dapat memberi informasi tentang tindakan kekerasan yang terjadi di lapangan.
Wasit Horacio Elizondo mengganjar Zidane dengan kartu merah. Dan tanpa sang kapten, Prancis bagai kehilangan konsentrasi untuk menyelesaikan pekerjaan. Setelah skor tetap 1-1, dua negara beradu lagi pada babak tendangan penalti. Dan David Trezeguet gagal menaklukkan Buffon, rekannya di Juventus.
Italia jadi juara dunia 2006. Prancis gagal mengulang kenangan delapan tahun sebelumnya kala menang 3-0 atas Brasil pada final Piala Dunia 1998 dengan dua gol dari kepala Zidane yang mengerjakan fungsi lain daripada saat ia menanduk dada Materazzi pada pertandingan terakhirnya di pentas internasional.
Zinedine Zidane pensiun. "Saya sama sekali tidak bangga dengan apa yang saya lakukan, tetapi itu ialah bagian dari masa lalu saya," kata bintang Nomor 10 Prancis yang pamit dari tim nasional Prancis setelah memberi 31 gol dari 108 pertandingan dan mempersembahkan Piala Dunia 1998 dan Piala Eropa 2000.
Rumor menyebut Materazzi menghina ibu Zidane. Dengan bahasa Italia, bek asal Internazionale Milano merendahkan martabat keluarga pemain Muslim keturunan Aljazair. Tapi sebenarnya apa yang terjadi?
"Ada sedikit kontak antara kami di area lapangan. Ia sudah mencetak gol Prancis pada babak pertama dan pelatih kami [Marcello Lippi] menyuruh saya untuk menjaga ia. Setelah gesekan pertama di antara kami, saya meminta maaf tetapi ia bereaksi buruk," jelas Materazzi sekian tahun setelah final di Berlin.
"Setelah bentrokan ketiga, saya mengerutkan kening dan ia membalas: 'Saya akan memberikan baju saya nanti'. Saya menjawab bahwa saya lebih suka memiliki saudara perempuannya daripada bajunya."
Zinedine Yazin Zidane marah. Maka terjadi peristiwa paling mengejutkan dalam sejarah final Piala Dunia. Kartu merah pun mengakhiri kiprah Zizou, sesuatu yang kemudian menyisakan penyesalannya. (raw)
Load more