"Kalau serangan balik kami tidak cepat, kalau kami 'built up' lagi, bek sayap kiri kanan Vietnam akan turun dan membuat pemain bertahan mereka menjadi lima orang," ujar Bima Sakti.
Selain itu, di ruang ganti, Bima juga menginstruksikan timnya untuk bertahan lebih rapat. Dia tak mau situasi yang berujung gol penalti Vietnam pada babak pertama terulang pada paruh kedua.
"Pada babak pertama, jarak empat pemain bertahan kami terlalu longgar. Padahal, Vietnam memakai tiga penyerang di depan. Lawan pun berhasil membuat umpan terobosan, karena posisi antarpemain bertahan kami cukup lebar. Penalti pun terjadi. Babak kedua, saya meminta empat bek kami untuk bermain rapat, sehingga Vietnam mau tak mau harus bermain ke arah luar. Alhamdulillah kami bisa menahan serangan dari Vietnam," kata pemain Timnas Indonesia era 1990-an itu pula.
Berjalannya laga sesuai rencana membuat Bima mengapresiasi upaya anak-anak asuhnya.
Skuad berjuluk Garuda Asia itu, dia melanjutkan, menunjukkan semangat pantang menyerah, sehingga mampu memenangkan laga meski sempat tertinggal.
"Saya memang menekankan di ruang ganti bahwa kesempatan tidak akan datang dua kali. Ini adalah momen untuk berjuang demi bangsa dan negara. Kami mesti memanfaatkan semua peluang dan mengurangi kesalahan. Akhirnya kami mampu mencetak gol pada menit-menit awal babak kedua," kata Bima.
Kapten Timnas U-16 Indonesia Muhammad Iqbal Gwijangge menegaskan juga bahwa keberhasilan mereka menundukkan Vietnam setelah tertinggal lebih dahulu, tak lepas dari semangat yang terus membara.
Load more