Tak kalah hebat Luka Modric, 37 tahun. Pada laga 120 menit itu, Modric menjelajah semua wilayah. Tak pernah salah. Aliran bolanya terarah. Modric atraktif merancang serangan, taktis pula membatu pertahanan. Penaltinya pun keren, mengecoh kiper Alisson.
Tapi kita mesti jujur, kendati menang, perkara menyerang Kroasia tak patut digadang-gadang. Ivan Perisic dan Andrej Kramaric cuma menggertak, tidak menakutkan. Aksinya mudah dijinakan pemain Samba.
Sebaliknya, dalam bertahan Kroasia luar biasa. Kroasia sekurangnya melibatkan sembilan pemain dalam menjaga gawangnya. Mereka disiplin ketat dan rapat mengawal lawan. Itu membuat trio serang Brasil, Vinicius Junior, Richarlison, Raphinha tak berkutik, hingga diganti.
Banyak yang bilang Brasil tak beruntung. Bisa jadi. Tapi yang jelas, Brasil terjebak ego sendiri. Bikin gol maunya dengan jurus akrobatik, agar terlihat cantik. Ini kelebihan, sekaligus kelemahan jogo bonito.
Dicatat sepanjang 120 menit, tak sekali pun tim Samba menembak dari jarak jauh. Maunya bikin gol manis di dalam kotak penalti. Yaa sulitlah, sebab pertahanan lawan berlapis, menghalalkan sapu bersih.
Bagi Brasil, sepak bola harus mendominasi dan mengintimidasi. Boleh saja, tapi ada batas. Apa perlunya keluar menyerang, padahal sudah unggul 1-0, dan laga tersisa sekitar tiga menit.
Ketika itulah, Kroasia membalas gol lewat serangan balik. Itulah satu satu shot on target Modric dan kawan kawan. Neymar dan Brasil menangis. Sepak bola terkadang memang kejam.
Load more