Doha, Qatar – Kiprah Maroko di Piala Dunia 2022 bukan kejutan semata. Tapi ada visi Raja Mohammed VI yang sejak 2009 membangun fondasi tim nasional dengan dananya sendiri.
Maroko telah menjadi tim kesayangan para penggemar sepakbola. Tim Singa Atlas menjelma hiburan menyenangkan, kecuali bagi lawan yang kalah atau rival yang masih bersaing di Piala Dunia 2022.
Luput dari perhatian, Maroko belum memukau penonton pada pertandingan pertama Grup F Piala Dunia 2022. Padahal tim Negeri Maghribi mampu memaksa runner-up edisi 2018, Kroasia, bermain imbang tanpa gol.
Kapten Roman Saiss lalu memimpin kejutan Maroko. Sebelum di Piala Dunia 2022, bek Saiss memberi hanya satu gol untuk tim nasional. Tapi tiba-tiba ia menginspirasi semangat timnya hingga Zakaria Aboukhlal memastikan kemenangan pertama Maroko di Qatar, 2-0 atas Belgia.
Dunia mulai melihat tim asuhan Walid Regragui. Pemain yang berkiprah di Chelsea, Hakim Ziyech, dan Youssef En-Nesyri, striker Sevilla, menjebol gawang Kanada. Bahkan lawan tidak bisa mencetak gol andai kesialan tidak menimpa Nayed Aguerd yang melakukan bunuh diri.
Sesudah mengalahkan Kanada, 2-1, Maroko melonjak jadi juara Grup F dan bertemu Spanyol pada 16 Besar. Kejutan makin besar. Achraf Hakimi cs menyingkirkan tim favorit Eropa dengan skor 3-0 dalam drama adu penalti setelah seri 0-0.
Lepas dari Spanyol, Maroko mengincar tim lain dari Semenanjung Iberia. Dengan satu lompatan tinggi dan sundulan En-Nesyri, wakil Afrika Utara membuktikan lebih pantas memakai seragam merah-hijau ketimbang Portugal.
Qatar 2022 telah menghasilkan sejarah: Maroko menjadi tim Afrika dan negeri muslim serta wakil Dunia Arab pertama yang sukses menembus semifinal Piala Dunia.
Namun cerita indah Maroko bukan kejutan belaka. Menurut Eurofoot, semua sesuai dengan rencana dan rancangan besar yang sudah tersusun sejak 2009.
Geram karena sesudah secara beruntun lolos ke Piala Dunia 1994 dan 1998, Maroko malah gagal hadir pada dua edisi berikutnya, 2002 dan 2006, Raja Mohammed VI meminta reformasi sepakbola.
Setelah Maroko juga sulit bersaing pada kualifikasi untuk mencapai Piala Dunia di benua sendiri, Afrika Selatan 2010, Sang Raja menyerukan perbaikan. Mulai 2009, baginda sedia menghabiskan £12 juta dari uangnya sendiri untuk membantu 'membentuk kembali' sepakbola negaranya.
Federasi sepakbola Maroko membangun Akademi Sepakbola Mohammed VI untuk melatih pemain-pemain yang akan berkarier di liga profesional dalam dan luar negeri.
Raja Mohammed VI mengisi kompleks dengan peralatan canggih setelah kecewa dengan penawaran sebelumnya. Markas tim nasional memiliki delapan lapangan berstandar FIFA dan lapangan indoor yang bisa menyesuaikan dengan kondisi iklim.
Hotel bintang empat menjadi dapat menampung tim yang menyewa fasilitas akademi. Dokter umum, dokter gigi, dan sekolah juga siap membina para peserta akademi yang berusia antara 13 dan 18 tahun.
Hampir 10 tahun sejak pembangunan akademi, Maroko memetik hasil dengan lolos secara beruntun ke Piala Dunia 2018 dan 2022.
Tiga anggota dari 26 orang squad Piala Dunia 2022 merupakan lulusan Akademi Sepakbola Mohammed VI. Youssef En-Nesryi, Azzedine Ounahi dan Nayef Aguerd ialah alumni yang kini bermain untuk Sevilla (Spanyol), Angers (Prancis) dan West Ham United di Inggris. (raw)
Load more