tvOnenews.com - Dalam beberapa tahun terakhir PSSI di era kepelatihan Shin Tae-yong mencoba mengumpulkan pemain keturunan Indonesia yang berkarier di luar negeri untuk memperkuat timnas garuda.
Sampai saat ini strategi yang diterapkan PSSI dan Shin Tae-yong itu sudah berhasil mendatangkan beberapa pemain berkelas. Sebut saja nama-nama seperti Jordi Amat, Elkan Baggott, Shayne Pattinama, Sandy Walsh, dan Rafael Struick.
Bukan tanpa hambatan, strategi mendatangkan pemain keturunan itu rupanya mendapatkan kritikan dari sejumlah kalangan. Mereka menganggap PSSI sama saja merupakan talenta lokal yang ada di Indonesia.
Namun ternyata langkah yang dilakukan oleh PSSI tersebut bukanlah yang pertama kali di dunia sepak bola.
Ada beberapa negara yang akhirnya meraih prestasi bahkan menjadi juara Piala Dunia setelah memakai jasa pemain keturunan.
Indonesia adalah salah satu negara yang tergolong serat prestasi dalam sepak bola. Padahal sebagian besar masyarakat Indonesia gandrung akan sepak bola.
Saking seratnya prestasi Timnas Indonesia mereka kesulitan meraih gelar juara Piala AFF sampai saat ini.
Sebuah situasi yang sangat disayangkan mengingat Piala AFF hanyalah turnamen regional antar negara di Asia Tenggara.
Guna mengatasi hal itu Indonesia mencoba menaturalisasi beberapa pemain keturunan. Langkah serupa sebenarnya juga pernah dilakukan di era Cristian Gonzales, Beto Goncalves, Greg Nwokolo, dan lain-lain.
Tapi bedanya para pemain itu tidak memiliki darah Indonesia sama sekali. Kehadiran mereka juga tetap tidak membuat Indonesia berprestasi di kancah internasional.
Naturalisasi di era Shin Tae-yong lebih tersaring hanya pemain berkualitas yang memiliki darah Indonesia. PSSI menyebutnya sebagai pemain keturunan grade A.
Apa yang dilakukan oleh PSSI ini ternyata berkaca dari negara-negara di belahan dunia lain. Beberapa negara menggunakan pemain keturunan yang berkarier di luar negeri demi mendongkrak prestasi sepak bola mereka.
Sebut saja Maroko dengan 14 pemain keturunan di Piala Dunia 2022 Qatar, mereka menjelma menjadi sebuah negara yang berhasil tampil mengejutkan.
Bagaimana tidak karena negara teluk yang satu ini untuk pertama kalinya mampu lolos ke babak semifinal. Prestasi itu tentu didapatkan oleh Maroko karena berhasil mendatangkan pemain bintang seperti Yasin Bounou, Achraf Hakimi, hingga Hakim Ziyech.
Mereka adalah pemain-pemain yang tidak lahir dan besar di Maroko melainkan negara lain seperti Canada, Spanyol, dan Belanda. Namun mereka sudi membela Maroko karena darah keturunan.
Negara asal Afrika itu tentu bisa menjadi contoh bahwa pemain keturunan bisa memberikan prestasi dalam sepak bola.
Jauh sebelum Maroko, ada Perancis yang juga berhasil berprestasi dengan para pemain keturunan. Bahkan Perancis berhasil menjadi juara Piala Dunia pada edisi tahun 2018 lalu.
Prestasi itu didapatkan Les Blues dengan kekuatan beberapa pemain keturunannya seperti Zinedine Zidane, Kylian Mbappe, N'golo Kante, hingga Paul Pogba yang memiliki darah Afrika. Mereka juga akhirnya membawa Prancis berprestasi di Piala Dunia.
Di Asia Tenggara, ada Singapura yang juga sempat merasakan prestasi saat mereka berhasil meraih 4 kali Piala AFF.
Bedanya itu didapatkan oleh Singapura dengan deretan pemain naturalisasi tanpa adanya garis keturunan. Namun tiga negara di atas bisa menjadi contoh bahwa pemain keturunan maupun naturalisasi bisa memberikan dampak yang baik.
Di Indonesia sendiri, prestasi perlahan mulai dirasakan oleh skuad garuda. Tim asuhan Shin Tae-yong berhasil lolos kualifikasi Piala Asia, menjuarai SEA Games, hingga memiliki banyak stok pemain muda berkualitas. (amr)
Load more