Menurut lelaki yang juga menjabat sebagai Chief Executive Officer (CEO) PSIS Semarang itu, pola makan dan gizi turut menentukan perkembangan seorang pesepak bola muda untuk menjadi atlet profesional di masa mendatang.
"Dapat dilihat dari timnas Ekuador, Panama, dan Maroko. Mereka membina pemain muda itu tidak setengah-setengah. Baik kompetisi dan turnamennya yang stabil hingga pembinaan pemain muda yang berkelanjutan," kata Yoyok.
Menurut dia, jika menilik pada kondisi fisik, maka postur pemain lawan dinilai sudah ideal. Hal itu, menandakan bahwa dari awal mereka sudah sungguh-sungguh. Gizi pun diperhatikan dari masa pertumbuhan pemain sehingga ideal.
Selain itu, Yoyok juga menyebut bahwa kompetisi sepak bola usia dini yang kini digelar oleh PSSI juga layak diapresiasi. Sebab, selain menggelar ajang Elite Pro Academy (EPA) Liga 1 di level U-14, U-16, U-18, dan U-20, federasi juga menyelenggarakan Piala Soeratin yang melibatkan berbagai kelompok usia.
Menurut dia, langkah yang dilakukan federasi di bawah kepemimpinan Ketua Umum PSSI Erick Thohir sudah bagus karena ada kompetisi yang digelar di semua jenjang dan tingkatan sehingga penyelenggaraan kompetisi yang masif tersebut akan membuahkan hasil di masa depan.
Selain itu, ia juga mengusulkan agar anak asuh Bima Sakti mendapatkan kesempatan untuk melanjutkan TC jangka panjang, sehingga perkembangan mereka bisa terus terpantau.
Pemerintah harus membuat wadah agar para pemain timnas Indonesia U-17 bisa terus berkumpul. Tetapi, tentu saja harus tetap mengedepankan promosi-degradasi. Pemain yang performanya menurun, nanti bisa digantikan pemain lain. (ant/fan)
Load more