tvOnenews.com - Pengamat sepak bola, Justinus Lhaksana atau kerap disapa dengan Coach Justin memberikan pandangannya soal local pride dan pemain naturalisasi timnas Indonesia.
Proyek naturalisasi Timnas Indonesia sedang gencar dilakukan oleh pihak PSSI, terutama sejak Erick Thohir didaulat sebagai Ketua Umum PSSI.
Sejumlah nama pemain sedang masuk radar di antaranya adalah Jay Idzes, dan Nathan Tjoe-A-On yang dibawa oleh Erick Thohir pada laga Timnas Indonesia kontra Brunei Darussalam.
Justin Hubner. (PSSI)
Selain itu ada Ryan Flamingo, nama Jay Idzes banyak dibicarakan dan diduga termasuk dalam pemain yang bakal dinaturalisasi PSSI.
Tetapi nama Justin Hubner yang baru saja merampungkan proses naturalisasinya, setelah mengucap sumpah menjadi Warga Negara Indonesia.
Tak hanya itu, di era Erick Thohir menjad Ketua Umum PSSI juga Indonesia didaulat menjadi tuan rumah Piala Dunia U-17 2023.
Tanggapan Coach Justin soal local pride
Sebagaimana diketahui, lini masa media sosial sempat viral pandangan suporter sepak bola Indonesia yang terbagi dua kubu, yakni local pride dan yang mendukung pemain keturunan atau naturalisasi di skuad Timnas Indonesia.
Sebut saja pemain keturunan seperti Rafael Struick, Sandy Walsh, Elkan Baggott, Jordi Amat dan Ivar Jenner.
Kilas balik, istilah 'Local Pride' pertama kali populer ketika dilontarkan oleh Markus Horison, kiper legenda timnas Indonesia.
Markus yang bertugas sebagai pelatih Kiper Timnas U-16 itu meneriakkan kata "Local Pride, Local Pride, Campione," ucapnya dalam rekaman televisi.
Kemudian kata-kata itu beberapa kali dipakai oleh kubu yang tidak sejalan dengan yang mendukung pemain naturalisasi.
Kolase foto Coach Justin dan pelatih timnas Indonesia, Shin Tae-yong.
Sementara itu, Coach Justin menanggapi soal banyaknya cibiran pemain naturalisasi timnas Indonesia, termasuk soal istilah 'Local Pride'.
"Itu bukan masyarakat Indonesia, hanya netizen kardus, jadi hanya kardus atau orang-orang yang merasa lahannya dicaplok," ujarnya dikutip dari kanal Youtube Sportify Indonesia.
"Selama kita membela Indonesia, whatever jenis kulit luh, agama lu dan lain-lain, ya kita tetap bangga karena yang lu bela merah putih, lu nyanyi Indonesia Raya sebelum pertandingan" tuturnya.
Menurut Justin kita jangan terlalu mengkotak-kotakkan seseorang karena ingin membela Indonesia.
"Jadi kita jangan terlalu picik, mikirin ya local pride, local pride. I mean kalau local pride hebat ya pasti mereka masuk, faktanya kan nggak," ujarnya.
"Kalau mereka hebat, Shin Tae-yong gak usah cari naturalisasi, dan tim-timnya PSSI nggak usah cari pemain hebat di luar, karena kualitas memang tidak sedahsyat itu, maka mereka cari (pemain)," sambungnya.
Pemain Maroko, Hakim Ziyech. (FIFA)
Mantan pelatih timnas futsal Indonesia ini juga mengaku bahwa soal pemain naturalisasi sudah biasa di negara-negara luar, bukan fenomena yang seperti terjadi di Indonesia.
"Di luar negeri sering terjadi begitu, bahkan sampai sekarang, ya contoh Hakim Ziyech disuruh milih Belanda atau Maroko, karena dia lahir di Belanda kan,'ya gua pilih Maroko'" ucapnya.
Selain itu ada nama Ibrahim Afellay dan khalid Boulahrouz yang memilih Belanda, Noussair Mazraoui yang memilih membela Maroko padahal lahir di Belanda.
"Ya bebas, Perancis pun demikian banyak pilihan, Nah kenapa Indonesia nggak boleh, kenapa jadi panik semua, heran gua," tutupnya. (ind)
Baca artikel terkini dari tvOnenews.com selengkapnya di Google News, Klik di sini
Load more