tvOnenews.com - Nasib salah satu klub besar Eropa ini sekarang justru tragis. Padahal mereka sempat menampung talenta muda Timnas Indonesia beberapa waktu lalu.
Klub yang berasal dari Liga Belgia ini sempat diperhitungkan menjadi tim kuat Eropa ketika banyak diperkuat pemain muda Timnas Indonesia.
Kontestan Liga Belgia yang dimaksud bukanlah KMSK Deinze, melainkan CS Vise yang pernah dijadikan klub bagi pemain muda Timnas Indonesia untuk berkarier di Eropa.
Sebelum KMSK Deinze menggunakan Marselino Ferdinan, ternyata ada klub Liga Belgia lainnya yang pernah gunakan jasa pemain Timnas Indonesia yakni CS Vise.
Sama seperti KMSK Deinze, Cercle Sportif Vise (CS Vise) merupakan kontestan divisi kedua Liga Belgia yang cukup familiar bagi penggemar sepak bola nasional.
Bagaimana tidak, CS Vise merupakan klub Liga Belgia yang banyak menampung pemain muda Timnas Indonesia untuk merintis karier sepak bolanya di Eropa pada tahun 2010-an.
Bukan tanpa alasan CS Vise gemar merekrut pemain muda Indonesia. Pasalnya klub itu dimiliki oleh penguasah tanah air yakni Nirwan Bakrie melalui korporasinya Bakrie Group pada 2011-2014.
Pada awal tahun 2010-an, CS Vise menjadi salah satu kontestan kasta kedua Liga Belgia yang setiap musimnya hanya mampu finis di papan tengah klasemen.
Meskipun tidak mampu bersaing untuk memperebutkan tiket promosi ke kasta tertinggi Liga Belgia, tapi saham CS Vise saat itu justru diminati oleh investor asal Indonesia.
CS Vise akhirnya diakuisisi kepemilikan sahamnya oleh pengusaha Indonesia yaitu Nirwan Bakrie melalui Bakrie Group pada tahun 2011.
Bakrie Group memang banyak dikenal karena mempunyai saham di sejumlah klub-klub sepak bola seperti Brisbane Roar (Australia) dan Pelita Jaya (Indonesia).
Di bawah kepemilikan Bakrie Group, CS Vise rutin menampung para talenta muda Timnas Indonesia yang ingin memulai karier sepak bola di Eropa.
Di antara pemain muda yang menimba ilmu di CS Vise ialah Yandi Sofyan, Syamsir Alam, Alfin Tuasalamony, Manahati Lestusen, hingga Yericho Christiantoko yang merupakan jebolan dari SAD Uruguay.
Akan tetapi, karier pemain muda Timnas Indonesia di CS Vise tergolong pasang surut karena hanya Yandi Sofyan dan Alfin Tuasalamony saja yang mendapat menit bermain cukup banyak di sana.
Sementara itu, Syamsir Alam dan Yericho Christiantoko yang digadang-gadang bakal jadi bintang masa depan Timnas Indonesia justru hanya duduk di bangku cadangan.
Di kesempatan yang sama, perjalanan CS Vise di Divisi Dua Liga Belgia juga tidak mulus karena pada 2011/2012, mereka finis di posisi sembilan dan musim berikutnya justru anjlok ke urutan 15.
Situasi inilah yang akhirnya membuat Yandi Sofyan, Syamsir Alam, Alfin Tuasalamony, dan Yericho Christiantoko kompak untuk cabut dari tim berjuluk The Geese tersebut.
Di musim berikutnya, penampilan CS Vise tidak membaik hingga harus terdegradasi ke Divisi Tiga Liga Belgia setelah finis sebagai juru kunci klasemen.
Kesialan CS Vise terus berlanjut karena di saat yang sama mereka mengalami krisis keuangan hingga membuat Bakrie Group menjual saham klub itu kepada investor lokal.
Pemain muda Timnas Indonesia yang pernah bermain untuk CS Vise (Source: CS Vise)
Meski demikian, hadirnya investor baru tidak membuat kondisi finansial CS Vise berubah. Mereka justru kesulitan dalam membayar gaji pemain dan staf sampai harus tertunggak.
Pada akhirnya, CS Vise tak mampu lagi menahan beban sebanyak itu sampai pada Oktober 2014, The Geese dinyatakan bangkrut.
Kondisi ini sekaligus membuat CS Vise tidak boleh lagi berkompetisi di Liga Belgia dan klub yang tepat berusia 100 tahun pada 2024 ini hanya menyisakan sejarah.
Walaupun karier sejumlah pesepakbola Indonesia bersama CS Vise tidak cukup bagus, namun saat ini masih ada tiga pemain Garuda yang merumput di Liga Belgia.
Selain Marselino Ferdinan (KMSK Deinze), ada dua pemain Timnas Indonesia lainnya yang bermain di Liga Belgia yakni Sandy Walsh (KV Mechelen), dan Shayne Pattynama (KAS Eupen). (han)
Load more