“Pemain kami, kita tidak punya pemain seperti itu. Pemain kami beberapa main di Amerika Serikat, Kanada, dan Spanyol tetapi mereka main di level turnamen sekolah atau selevelnya. Jadi itu sama sekali berbeda,” tukasnya
“Mereka belum profesional. Pemain kami memelihara mimpi untuk membela negara tetapi di perkembangan individu, mereka berada di level yang sekarang [non-profesional],” lanjut Coco.
“Di sini, PSSI berusaha untuk meletakkan pemain berusia 16, 17, 18 bermain di Liga 1 karena akan bermain melawan Italia, Jepang, Panama [di Toulon Cup]. Karena pemain-pemain ini bermain di level tertinggi sebelumnya, bukan main di dalam negeri atau abroad,” sambungnya.
Menurut Coco, bermain di luar negeri atau dalam negeri tidak memberi pengaruh, yang terpenting adalah bermain di level profesional seperti yang dilakukan Arkhan Kaka.
“Indonesia punya 3 pemain dari luar negeri [abroad di skuad U-19], apakah mereka membuat perbedaan? Pemain terbaik adalah yang berpengalaman di Liga 1,” tegas Coco.
“Mereka terekspos level tertinggi kompetisi. Jadi mereka bermain dengan pemain yang lebih baik dan berlatih dengan fasilitas baik, di stadion besar,” sambungnya.
“Kaka main di hadapan 20 ribu penonton. Ini natural untuk mereka. Bagi kami ini adalah pengalaman pertama, lalu kami mencoba belajar dari pengalaman ini. Kami di level berbeda [dibandingkan Indonesia],” pungkasnya. (rda)
Load more