tvOnenews.com - Indra Sjafri pernah secara blak-blakan ungkap perbedaan mencolok antara pelatih di Indonesia dan Jepang.
Dalam salah satu kesempatan, pelatih Timnas Indonesia itu mengatakan bahwa pelatih sepak bola Indonesia dan Jepang masih belum sebanding.
Jepang diketahui baru menjalankan liga sepak bola profesional dalam 32 tahun terakhir atau sejak tahun 1992.
Timnas Indonesia. Sumber: tvOnenews-Julio Trisaputra
Namun, pada akhirnya sepak bola di Negeri Sakura itu mengalami perkembangan pesat.
Padahal, di awal pendirian liga, Jepang pernah belajar ke Indonesia dari Galatama (Liga Sepak Bola Utama) yang kini namanya menjadi Liga Indonesia.
Kini Jepang dikenal sebagai negara langganan Piala Dunia dan yang terkuat di Asia.
Selain itu, banyak pemain Jepang yang memiliki karier gemilang di Eropa.
Sementara, Indonesia yang kini mulai menunjukkan kualitasnya, masih belum sebanding dengan Jepang apabila dilihat dari satu hal.
Menurut Indra Sjafri, perbedaan mendasar dari sepak bola Indonesia dan Jepang salah satunya dari jumlah pelatih.
Pelatih Timnas Indonesia, Indra Sjafri. Sumber: PSSI
Pelatih Timnas Indonesia U-19 itu mengatakan bahwa jumlah pelatih pelatih sepak bola di Jepang jauh lebih banyak daripada di Indonesia.
Padahal, jumlah penduduk di Indonesia jauh lebih banyak dari Jepang.
"Bisa bayangkan, pelatih kita hanya 7 ribu orang. Jepang 80 ribu," ujar Indra Sjafri, dikutip dari kanal YouTube Helmy Yahya.
Mengingat sepak bola menjadi olah raga unggulan di Indonesia, maka jumlah tersebut sangatlah tidak sebanding.
Menurut pelatih yang sukses membawa Timnas Indonesia U-22 menjuarai SEA Games itu, memperbanyak jumlah pelatih itulah salah satu strategi Jepang dalam memajukan sepak bola.
"Itu yang mereka lakukan, memperbanyak jumlah pelatih, kita baru 7 ribu," kata Coach Indra.
Indra Sjafri dan Jens Raven. Sumber: ANTARA/Zaro Ezza Syachniar
Selain jumlah pelatih, Indra Sjafri juga mengungkap bahwa pelatih yang memiliki sertifikasi A pro di Jepang jumlahnya juga jauh lebih banyak dari Indonesia.
Di Jepang ada sekitar 2 ribu orang yang sudah bersertifikasi A pro, sementara di Indonesia baru 21 orang.
"Sertifikasi A pro, kita baru 21 orang. Ini baru saya bikin lagi yang gelombang kedua, 20 orang. Jepang sudah hampir 2 ribu orang," ujarnya. (gwn)
Load more