tvOnenews.com - Pemain Timnas Indonesia Sandy Walsh, mengaku frustasi terkait polemik pemain naturalisasi yang kembali mencuat.
Seperti diketahui, isu pemain naturalisasi dan pemain lokal baru-baru ini kembali memanas di Tanah Air.
Memang narasi itu sudah ramai menjadi perbincangan bahkan sebelum skuad Garuda berlaga di Piala Asia 2024.
Kala itu ada pihak-pihak yang sinis dengan keputusan Shin Tae-yong menurunkan banyak pemain keturunan di lapangan.
Kini polemik tersebut kembali mencuat ketika ada pihak yang mengaku malu dengan banyaknya pemain diaspora yang bela Timnas Indonesia di Kualifikasi Piala Dunia 2026.
Mengenai narasi tersebut, bek andalan Timnas Indonesia, Sandy Walsh mengaku sempat frustasi.
"Saya pikir, waktu sebelum Piala Asia, ada beberapa komentar yang mengatakan (membedakan) pemain diaspora dengan pemain lokal," ujar Sandy Walsh, dikutip dari YouTube MILLS SPORT.
"Dan itu rasanya sangat, bukan menyakitkan, di satu sisi frustrasi mendengarnya, karena timnya tidak seperti itu," sambungnya.
Bek klub Liga Pro Belgia KV Mechelen tersebut mengungkap bahwa dalam Timnas Indonesia sendiri nyatanya tidak seperti itu.
Menurutnya, di setiap tempat pasti ada yang namanya perbedaan, dan kerukunan itu tercipta dalam satu tim ketika sering menghabiskan waktu bersama di satu tempat.
Tim asuhan Shin Tae-yong kini dinilai sebagai tim yang kompak.
Namun, menurut Walsh kerukunan dalam tim harus terus selalu ditingkatkan.
"Sebagai tim, menyadari harus menunjukkan kerukuran itu, meskipun sudah ditunjukkan sekarang, harus ditingkatkan lagi," kata Sandy Walsh.
Kendati demikian, Sandy Walsh mengaku semua kritik yang diterima bisa mengubah tim.
"Itu semua benar-benar mengubah kita, semua kritik yang kita terima sebagai tim," ujarnya.
Pemain 29 tahun itu juga mengungkap salah satu cara menunjukkan kerukuran tim yaitu dengan membagikannya di media sosial.
Melalui media sosial, pesan kekompakan itu tersampaikan sehingga kini banyak yang mendukung dan melihat Timnas Indonesia sebagai tim yang menyatu.
"Kita juga posting di media sosial sebagai tim, setiap orang dengan pesan dan niat yang sama, sejak itu saya senang dan narasi itu perlahan hilang," kata pemain kelahiran Belgia, 14 Maret 1995 itu.
"Sekarang semua orang melihat kita menyatu sebagai tim," pungkasnya. (gwn)
Load more