tvOnenews.com - Calvin Verdonk beri masukan tersiirat untuk Shin Tae-yong soal strategi Timnas Indonesia.
Bagi fans Timnas Indonesia, jelas bulan November ini akan terasa sangat mendebarkan. Sebab dua laga di bulan ini, tim Garuda akan berjumpa dengan dua tim kuat yakni Jepang dan Arab Saudi.
Soal Jepang, jelas tidak perlu diragukan lagi kualitas tim yang satu ini. Namun untuk laga melawan Arab Saudi, sejatinya bisa menjadi peluang terbesar Indonesia untuk meraih tiga poin.
Arab Saudi diketahui sedang dalam mood yang baik pasca kembalinya Herve Renard, pelatih asal Prancis yang terkenal macho nan galak.
Arab Saudi di bawah Herve Renard pastinya akan jauh berbeda dari Arab Saudi di bawah Mancini. Sebab dari sisi cara bermain Renard adalah tipe pelatih yang terkenal akan sepak bola direct berbasis high pressing.
Dan berdasarkan catatan statistik dari Transfermk, menunjukkan bahwa pemain-pemain dari Al-Hilal yang mendominasi daftar pemain yang paling sering tampil di bawah kepemimpinan Herve Renard.
Dari semua nama, ada tiga nih pemain yang penampilannya terbilang luar biasa di bawah asuhannya. Yang mana itu akan jadi sinyal bahaya untuk Timnas Indonesia.
Pertama ada Muhamed Kanno yang mencatat 32 pertandingan selama diasuh oleh Renard pada periode pertamanya.
Di posisi kedua ada striker Al-Ahli, Firas Al-Buraikan yang tampil dalam 30 laga dengan kontribusi 6 gol dan 3 assist.
Selanjutnya Kapten Timnas Arab dan Al-Hilal, Salem Al-Dawsari, tercatat tampil dalam 29 pertandingan dan menjadi pencetak gol terbanyak dengan 13 gol serta 4 assist di bawah kepemimpinan Renard.
Tentu dengan senjata utama tiga pemain tadi sudah pasti akan membuat lini belakang Timnas yang dikomandoi oleh Jay Idzes harus bekerja keras.
Di sisi lain melihat faktor-faktor yang ada tentu saja Shin Tae-yong kali ini tidak boleh lagi "coba-coba" pemain.
Sebelumnya STY memang sempat mendapatkan kritikan keras dari berbagai pihak setelah dirinya dianggap "blunder" saat laga melawan China.
Banyak yang menyoroti keputusan Shin Tae-yong yang mengubah komposisi pemain Timnas Indonesia.
Shin Tae-yong tidak memainkan pemain-pemain andalan seperti Thom Haye, Sandy Walsh, Malik Risaldi, dan Rizky Ridho sejak awal pertandingan.
Hal tersebut kemudian membuat netizen geram dan mengatakan jika strategi yang digunakan Shin Tae-yong tidak efektif.
Hal ini mungkin juga sejalan dengan apa yang diutarakan oleh Calvin Verdonk.
Tentu saja ini bukanlah sesuatu yang harus dianggap negatif, karena bagaimanapun ini juga menjadi bukti bahwa tidak ada jarak tertentu antara pemain dan pelatih.
Verdonk secara tersirat mengatakan dengan komposisi dan materi pemain yang ada saat ini, ada baiknya untuk memainkan skema empat bek. Bagi Calvin Verdonk sendiri, ia mengaku lebih nyaman dengan sistem semacam itu.
Meskipun begitu pemain NEC Nijmegen itu juga mengaku tak masalah ketika harus bermain dengan sistem tiga bek ketika di Timnas Indonesia.
"Sejujurnya saya lebih suka bermain di tengah (center bek) dengan skema empat bek, karena Anda lebih terlibat dalam permainan dibandingkan sebagai bek kiri. Sebagai pemain belakang Anda sering kali menghadapi pemain yang cepat dan lincah. Terkadang orang kidal yang lebih suka masuk ke dalam, ini berarti Anda harus memutar dan memutar lebih banyak," kata Calvin Verdonk dilansir dari ForzaNEC.
"Saya tidak mengatakan saya lebih suka bermain di posisi tengah, tapi ini lebih menyenangkan. Saya suka sistem itu (tiga bek di Timnas). Anda tidak memiliki banyak duel dengan striker tinggi, banyak waktu menguasai bola, build up yang bagus, dan anda memiliki permainan di depan Anda," imbuhnya.
Berkaca dari apa yang dikatakan oleh Calvin Verdonk, memang selama ini Shin Tae-yong lebih suka bermain dengan pola tiga bek, yang mana itu akan berubah jadi lima bek ketika dalam mode bertahan.
Dengan kualitas pemain yang dimiliki sunggnya sayang kalau mereka seolah-olah dipaksa lebih bertahan karena bagaimanapun kualitas pemain seperti Thom Haye, Calvin Verdonk, Ragnar Oratmangoen, Mees Hilgers, hingga Jay Idzes adalah pemain yang secara naluri sangat menyerang.
Selain itu, kita juga tidak bisa menutup fakta bahwa sebagian besar pemain diaspora Timnas Indonesia tumbuh besar di kultur sepak bola Belanda yang terkenal akan filosofi menyerangnya. (tsy)
Load more