tvOnenews.com - Timnas Indonesia yang berada di bawah asuhan Shin Tae-yong, harus menerima kenyataan pahit tersingkir dari Piala AFF 2024.
Harapan besar publik terhadap Skuad Garuda untuk melangkah jauh di turnamen ini kembali kandas.
Dalam empat pertandingan yang dilakoni, Timnas Indonesia hanya mampu mencetak empat gol dan kebobolan lima gol.
Jika dibandingkan dengan tim-tim lain, produktivitas gol ini terbilang rendah.
Bahkan Laos, yang menempati dasar klasemen, mampu mencetak lebih banyak gol.
Kekurangan ini menjadi salah satu alasan utama mengapa Timnas Indonesia gagal melangkah ke babak semifinal.
Pada laga perdana melawan Myanmar, Timnas Indonesia hanya mampu mencetak satu gol dan menang tipis.
Laga berikutnya melawan Laos berakhir imbang dengan skor 3-3, meski Timnas Indonesia sempat unggul.
Saat melawan Vietnam, Skuad Garuda tak mampu mencetak gol dan harus kalah 1-0.
Meski peluang tercipta, Indonesia kalah dengan skor 1-0, sekaligus memastikan langkah terhenti di fase grup.
Seorang pandit sepak bola senior, Bung Binder, memberikan analisis mendalam mengenai penyebab utama kegagalan Timnas Indonesia di Piala AFF 2024.
Dalam sebuah video yang dibagikan di kanal YouTube Bola Bung Binder, ia mengungkapkan bahwa lini tengah menjadi titik lemah utama.
"Saya melihat dalam beberapa pertandingan terakhir dari Timnas kita, kelemahan itu sebetulnya berada di lini tengah," ungkapnya.
Menurut Bung Binder, belum ada pemain Timnas Indonesia yang mampu memainkan peran krusial sebagai penghubung antara lini belakang dan lini depan.
Ia menyebut bahwa pemain yang mampu menyerap serangan lawan sekaligus merancang serangan balik secara efektif tidak terlihat dalam skuad.
"Saya tidak melihat ada pemain yang bisa melakukan filter secara konsisten menyerap serangan dari tim lawan, dan saya tidak melihat ada pemain yang bisa merancang sebuah serangan dari lini tengah," tambahnya.
Kelemahan lain yang menjadi sorotan adalah cara serangan Timnas Indonesia dibangun.
Bung Binder mencatat bahwa serangan Indonesia sering kali dimulai dari lini belakang.
Hal ini membuat tim kesulitan mengalirkan bola ke depan karena tekanan ketat dari lawan.
"Lebih banyak itu serangan dibangun dari lini pertahanan yang menyulitkan para pemain untuk mengalirkan bola karena pressing dari para pemain tim lawan itu sejauh ini selalu bagus lawan Timnas kita," jelasnya.
Tekanan tinggi dari lawan membuat lini tengah dan lini depan Timnas Indonesia kesulitan menciptakan peluang.
Hal ini memaksa permainan menjadi lebih defensif dan mengurangi efektivitas serangan.
Kegagalan di Piala AFF 2024 seharusnya menjadi pelajaran penting bagi Timnas Indonesia.
Perlu ada perbaikan besar di lini tengah, terutama dalam menciptakan pemain yang mampu menjadi motor serangan sekaligus bertahan dengan baik.
Selain itu, pola permainan yang terlalu bergantung pada lini belakang harus diubah.
Pelatih Shin Tae-yong perlu mencari solusi untuk membuat timnya lebih agresif dan efektif dalam menyerang.
Latihan intensif dalam hal pressing, distribusi bola, dan kreativitas lini tengah menjadi kunci untuk memperbaiki performa ke depan.
Meski tersingkir, harapan untuk Timnas Indonesia tidak boleh padam.
Kegagalan ini dapat menjadi pijakan untuk bangkit di turnamen berikutnya.
Dengan evaluasi menyeluruh dan pembenahan di sektor-sektor krusial, Timnas Indonesia diharapkan bisa tampil lebih solid dan kompetitif di masa depan.
Tahun 2025 mendatang, Timnas Indonesia akan tanding di ajang Piala Asia U-20 dan Kualifikasi Piala Dunia 2025.
Piala AFF 2024 memang berakhir dengan kekecewaan, namun perjalanan sepak bola Indonesia belum usai. (far/adk)
Load more