Kebanyakan dari mereka adalah pemain-pemain inti dalam klub-klubnya di Belanda, Belgia, Denmark, dan Amerika Serikat
Dengan posisi mereka sebagai kiper, bek tengah, bek sayap, dan gelandang, mereka kerap menjadi starter, termasuk dalam lima laga terakhir klub-klub mereka musim ini.
Mereka sungguh opsi-opsi bagus bagi Garuda, apalagi sebagian dari mereka tengah di puncak penampilan bersama klub-klub mereka, walau cuma FC Copenhagen yang berada di papan atas, klub yang dibela Kevin Diks.
Bersama Copenhagen yang memuncaki klasemen Liga Denmark, Kevin yang membuat debut bersama Garuda kala ditaklukkan 0-4 oleh Jepang, mencetak sebuah gol ketika Copenhagen mengalahkan Hearts dalam Liga Conference Europa. Dia juga starter pada empat dari lima laga terakhir Copenhagen.
Bayangkan bakal seperti apa nanti Garuda ketika mereka memperkuat lagi Indonesia kala dijamu Australia pada 20 Maret 2025, menjamu Bahrain lima hari kemudian, dan menjamu China pada 5 Juni.
Namun, energi terbesar yang dipompakan Shin Tae-yong ke dalam timnas Indonesia adalah kemampuannya dalam menularkan semangat bertempur.
Virus kebaikan itu kian ganas merasuki sukma skuad Garuda setelah distimulasi pemain-pemain diaspora yang memang terbiasa dengan atmosfer kompetisi keras dan kompetitif ala Eropa.
Virus itu kini menular ke mana-mana, sampai menjangkiti pemain-pemain produk lokal yang tengah bermain di Indonesia termasuk bek tengah Rizky Ridho dan tengah memperkuat tim asing seperti Marselino Ferdinan.
Semangat bertempur itu juga menginfeksi pemain-pemain junior sampai Indonesia membuat kejutan besar ketika untuk pertama kali masuk Piala Asia U-23 hingga mencapai babak semifinal dan hampir merebut tiket Olimpiade Paris 2024.
Pencapaian-pencapaian itu tak mungkin diabaikan, bahkan saat diwawancarai media Korea Selatan, Best Eleven, pada 26 Desember, Ketua Umum PSSI Erick Thohir sampai berterima kasih kepada Shin.
Kenyataannya, Shin, bersama Erick dan jajarannya, telah membangun "normal baru" dalam timnas Indonesia di mana Garuda kini menjadi tim yang siap bertarung habis-habisan, tak peduli lawan dan kondisi yang dihadapinya.
Dalam wawancara dengan FIFA awal September 2024, Shin mendiagnosis "penyakit" timnas Indonesia, yakni tiadanya semangat bertempur.
Shin berusaha menyingkirkan benalu itu, dan sejauh ini berhasil.
Kini, seperti diungkapkan Shin dalam wawancara FIFA itu, pemain-pemain timnas Indonesia selalu siap memberikan segalanya dan bermain tak kenal lelah sampai laga benar-benar berakhir.
Namun, Shin juga menyadari dukungan PSSI sentral dalam menciptakan "normal baru" itu.
Kesadaran itu membuat langkah Shin terus selaras dengan PSSI, khususnya Erick Thohir yang paham bagaimana mengelola tim sepak bola karena pernah mengurusi salah satu klub raksasa di Eropa, Inter Milan, selain klub-klub lain.
Kekompakan keduanya membuahkan sebuah tim sepak bola yang kohesif dan padu yang tahun depan siap menghasilkan buah lebih besar nan lebih manis untuk dipetik Indonesia.(ant/lgn)
Load more