tvOnenews.com - Sandy Walsh, bek Timnas Indonesia yang juga memperkuat klub KV Mechelen di Belgia, kembali mencuri perhatian dengan pengakuan jujurnya mengenai fanatisme suporter sepak bola Indonesia.
Dalam wawancara dengan media Belgia, Sporza, pemain berusia 29 tahun ini menggambarkan pengalaman tak terlupakan yang ia alami sejak bergabung dengan skuad Garuda.
Walsh menjalani debutnya bersama Timnas Indonesia pada September 2023, ia menjadi salah satu pemain yang tersorot.
Kehadiran pemain diaspora seperti Walsh kerap membawa harapan baru bagi sepak bola nasional, terlebih dalam Kualifikasi Piala Dunia 2026.
Menurutnya, sepak bola di Indonesia bukan sekadar olahraga, tetapi bagian dari kehidupan yang mampu menyatukan semua kalangan.
“Ini gila, bahkan lebih gila dari yang saya bayangkan. Sepak bola benar-benar sebuah agama di Indonesia. Sepak bola sangat berarti bagi masyarakat di sana. Dari yang miskin hingga yang kaya - seluruh negeri terhubung dengan sepak bola,” ungkap Walsh.
Ia juga menggambarkan betapa penuh sesaknya Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK) saat pertandingan berlangsung.
Dengan kapasitas 82.000 penonton, stadion tersebut selalu terisi penuh.
Walsh bahkan meyakini bahwa tiket untuk sesi latihan sekalipun akan habis terjual jika dibuka untuk umum.
Tak hanya di stadion, fanatisme suporter Indonesia juga terasa dalam kehidupan sehari-hari Sandy Walsh.
Pemain kelahiran Belgia ini mengungkapkan bahwa para penggemar rela menunggu di bandara selama berjam-jam hanya untuk sekadar bertemu atau berfoto.
“Orang-orang rela menunggu hingga delapan jam di bandara, hanya untuk memberikan hadiah atau sekadar melihat kami,” katanya.
Uniknya, hadiah-hadiah yang diberikan suporter tak hanya ditujukan untuk Sandy, tetapi juga untuk istrinya, Aislinn.
Hal ini menunjukkan bahwa fanatisme suporter Indonesia melampaui batas-batas konvensional.
Namun, popularitas yang besar ini juga membawa tantangan tersendiri.
Sandy mengaku sulit menjalani aktivitas sehari-hari tanpa menarik perhatian.
Bahkan dengan masker, topi, dan kacamata hitam, para penggemar masih dapat mengenalinya.
“Bahkan ketika saya mencoba menyamar, mereka tetap mengenali saya. Satu foto saja, dan Anda akan selfie selama berjam-jam,” candanya.
Walsh juga menceritakan pengalaman lucu terkait interaksi dengan polisi.
Ketika ia meminta bantuan untuk mengelola kerumunan, polisi justru sibuk meminta foto bersama.
“Saya bercanda dengan manajer tim soal ini, dan dia bilang polisi juga hanya ingin berfoto,” ujar Walsh sambil tertawa.
Meski ada tantangan, Sandy Walsh merasa bangga bisa menjadi bagian dari perjalanan sepak bola Indonesia.
Ia mengapresiasi cinta tulus masyarakat terhadap olahraga ini, yang menurutnya mencerminkan budaya dan emosi mendalam rakyat Indonesia.
Pengalaman unik ini menjadi pelajaran berharga bagi Sandy.
Ia percaya bahwa euforia suporter tidak hanya menunjukkan cinta mereka terhadap tim nasional, tetapi juga menjadi salah satu faktor yang membuat sepak bola Indonesia semakin dikenal di dunia. (adk)
Load more