tvOnenews.com - Pratama Arhan, bek andalan Timnas Indonesia, dipastikan tanpa klub setelah dilepas oleh Suwon FC pada bursa transfer Januari 2025.
Kepergiannya ini memicu sorotan dari media Korea Selatan, m.nate.com, yang menilai bahwa pemain-pemain ASEAN, termasuk Arhan, gagal memenuhi ekspektasi di Liga Korea.
Dalam postingan di Instagram, Suwon FC mengumumkan bahwa Arhan adalah salah satu dari 13 pemain yang dilepas klub.
Kariernya yang singkat di Korea Selatan hanya bertahan selama satu tahun sejak bergabung pada Januari 2024.
Kini, nasib Arhan masih belum jelas, meskipun ada kabar yang mengatakan dia akan kembali ke Indonesia dan bergabung dengan tim Liga 1.
Kepergian Arhan ini menjadi sorotan dalam laporan News Nate, media asal Korea Selatan, yang mengungkapkan bahwa program kuota untuk pemain Asia Tenggara di Liga Korea Selatan telah gagal total pada tahun 2025.
Program ini pertama kali dibuat pada tahun 2020 dengan tujuan untuk memperkenalkan sepak bola Korea ke pasar Asia Tenggara, namun hasilnya tidak sesuai harapan.
"Pada tahun 2020, Liga Korea menciptakan kuota untuk Asia Tenggara dan klub bisa merekrut pemain dari negara-negara ASEAN. Itu ditujukan untuk mendorong pemasaran klub di Asia Tenggara," tulis m.nate.com dalam laporannya.
"Pada tahun 2025, pemasaran di Asia Tenggara berakhir sia-sia," lanjut media Nate.
Dari sekian banyak pemain Asia Tenggara yang bergabung dengan klub-klub Korea, hanya Asnawi Mangkualam satu-satunya yang dianggap berhasil.
"Banyak pemain Asia Tenggara yang telah bermain di K-League dalam 10 tahun terakhir. Asnawi dari Indonesia mencetak 2 gol dan 5 asis dalam 66 pertandingan untuk Ansan Greeners dan Jeonnam Dragons dari tahun 2021 hingga 2023 adalah pemain yang banyak bermain sejak menit awal," tulis Nate dalam laporannya, memberikan sorotan penuh pada performa Asnawi saat di Liga Korea.
Asnawi mampu tampil konsisten di dua klub Korea, Ansan Greeners dan Jeonnam Dragons, dengan catatan 2 gol dan 5 assist dari 66 penampilan sejak 2021 hingga 2023.
Meski demikian, Asnawi hanya tampil di kasta kedua Liga Korea.
Pemain-pemain lain dari ASEAN, seperti Pratama Arhan, Nguyen Cong Phuong, dan Nguyen Van Toan, lebih banyak menghabiskan waktu di bangku cadangan atau hanya bermain dalam beberapa menit.
"Sementara ada banyak pemain yang belum bermain dalam satu pertandingan pun. Ada Arhan di Suwon FC yang menjadi satu-satunya pemain Asia Tenggara di K-League 1 dan K-League 2 2024," tambah Nate dalam artikelnya.
Laporan News Nate menyimpulkan bahwa alasan utama kegagalan pemain ASEAN di Liga Korea adalah keterbatasan dalam kemampuan teknik mereka.
Para pemain tersebut dianggap memiliki skill yang di bawah standar, yang membuat mereka sulit untuk bersaing dengan pemain-pemain Korea yang lebih berbakat.
"Penyebab kegagalan pemasaran di Asia Tenggara adalah karena mayoritas skill pemain di bawah standar," tulis Nate memberi pernyataan menohok.
Akibatnya, mereka kesulitan mendapatkan kesempatan bermain dan tak memberikan efek pemasaran yang signifikan bagi klub.
"Karena skillnya yang sulit untuk dikembangkan dalam permainan, tidak ada efek pemasaran apapun, kecuali peningkatan jumlah pengikuti di media sosial saat pemain gabung ke tim," tegas laporan tersebut.
Satu-satunya dampak positif dari keberadaan pemain ASEAN di Liga Korea adalah peningkatan jumlah pengikut di media sosial mereka, yang menjadi keuntungan tersendiri bagi klub-klub Korea.
Namun, hal ini dianggap tidak cukup untuk membuat program kuota Asia Tenggara berhasil secara keseluruhan.
Dengan berakhirnya program ini, masa depan pemain-pemain ASEAN di Liga Korea Selatan kini terancam, dan para pemain seperti Pratama Arhan harus mencari kesempatan baru di liga lain, mungkin di Indonesia atau negara-negara Asia lainnya. (asl)
Load more