Jakarta, tvOnenews.com - Pratama Arhan kena sindir media Korea Selatan setelah sang pemain Timnas Indonesia dilepas Suwon FC dengan hanya berkontribusi empat menit di sepanjang musim.
Bek kiri berusia 23 tahun itu mengawali 2025 dengan kabar buruk lantaran dilepas oleh Suwon FC pada 1 Januari 2025 lalu.
Kontrak Arhan memang habis pada 31 Desember 2024, namun Suwon sejatinya memegang opsi untuk memperpanjangnya setahun lagi.
Kendati begitu, tim kasta tertinggi Liga Korea Selatan, K-League, tersebut memutuskan untuk mengakhiri kerja sama dengan Arhan, yang hanya bisa bermain empat menit di sepanjang tahun 2024.
Arhan direkrut dari Tokyo Verdy, klub asal Jepang, juga dengan menit bermain yang minim, dan kepindahannya ke Suwon FC seakan tidak memberi pengaruh selain jumlah pengikut di Instagram.
Media Korea Selatan, Nate, menyoroti kebijakan K-League yang menerapkan kuota pemain untuk Asia Tenggara sejak 2020.
Pada saat itu, mereka berharap untuk bisa mencuri perhatian peminat sepak bola di Asia Tenggara melalui perekrutan sejumlah pemain dari ASEAN.
Selain Arhan, pemain Timnas Indonesia lain yang sempat berkarier di K-League adalah Asnawi Mangkualam, yang membela Ansan Greeners dan Jeonnam Dragons dalam tiga tahun dari 2021 hingga 2024.
Asnawi terbilang sukses di sana karena selalu menjadi andalan, dengan total mencatatkan penampilan dalam 66 pertandingan, dengan lesatan dua gol dan lima assist.
Sejak awal tahun 2024, Asnawi telah pindah ke klub Thailand, Port FC, dan Arhan merupakan satu-satunya pemain Timnas Indonesia di Liga Korea Selatan.
Namun demikian, seiring dengan kegagalan Arhan di Suwon, K-League memutuskan untuk menghapuskan seluruh kuota pemain Asia Tenggara mulai 2025 ini.
Media Korea Selatan, Nate, pun menyindir kebijakan yang sedari awal diterapkan untuk mengincar pasar Asia Tenggara ini.
Bahkan, mereka mengatakan bahwa sebagian besar pemain di Asia Tenggara masih berada di bawah standar.
“Alasan kegagalan pemasaran di Asia Tenggara adalah karena kemammpuan mereka masih di bawah standar,” ulas Nate.
Dari sisi pemasaran, yang berdampak pun hanya pengikut di media sosial, bukan penjualan yang bisa mendatangkan keuntungan finansial.
“Kemampuan mereka masih kurang bagus. Tidak ada pengaruh pemasaran yang signifikan, hanya peningkatan jumlah pengikut media sosial saat pertama kali bergabung,” tambah mereka.
Tak cuma itu, Nate juga mengungkap pernyataan pejabat klub Korea Selatan yang menyebut bahwa pemain Asia Tenggara memiliki gaji tinggi. Menurutnya, lebih baik pemain dari Amerika Selatan atau Eropa.
“Pemasaran di Asia Tenggara menghabiskan biaya. Gaji tahunan pemain dari Asia Tenggara bernilai setidaknya 200 juta won (Rp2,2 miliar). Dengan uang tersebut, akan lebih baik mendapatkan pemain dari Amerika Selatan atau Eropa Timur,” katanya kepada Nate.
Lebih lanjut, harga merchandise yang tidak terbeli para fans Asia Tenggara juga memberikan dampak terhadap minimnya pemasukan.
“Harga seragam pemain dan barang-barang juga memberatkan fans Asia Tenggara, jadi pendapatan klub juga tidak banyak,” tandasnya. (rda)
Load more