tvOnenews.com - Keputusan mengejutkan yang diambil oleh PSSI baru-baru ini menyangkut pemecatan Shin Tae-yong, pelatih yang selama ini telah memberikan kontribusi besar bagi Timnas Indonesia.
PSSI memutuskan untuk menggantikan Shin Tae-yong dengan Patrick Kluivert, mantan pemain sepak bola legendaris asal Belanda, sebagai pelatih kepala Timnas Indonesia yang baru.
Penunjukan Patrick Kluivert langsung menarik perhatian banyak pihak, termasuk media internasional.
Salah satunya adalah The Guardian, media asal Inggris, yang memberikan sorotan tajam terhadap keputusan ini.
Media tersebut menilai bahwa dengan kedatangan Kluivert, nuansa 'Belanda' dalam Timnas Indonesia semakin kental.
Tentu saja, pernyataan ini mengundang berbagai reaksi, baik dari masyarakat Indonesia maupun pengamat sepak bola.
Sejak dulu, Indonesia memiliki sejarah panjang dengan Belanda, yang pernah menjadi penjajah selama berabad-abad.
Pada tahun 1938, Timnas Indonesia memang tampil di Piala Dunia dengan nama "Hindia Belanda", yang saat itu mewakili wilayah yang masih berada di bawah kekuasaan kolonial Belanda.
Penunjukkan Patrick Kluivert sebagai pelatih tentu saja membawa angin segar bagi Timnas Indonesia, mengingat pengalamannya sebagai pemain kelas dunia dan pelatih.
Namun, media seperti The Guardian menyoroti bahwa kehadiran Kluivert dalam peran strategis ini menambah kesan kuat bahwa Indonesia, dalam hal sepak bola, kini lebih dipengaruhi oleh Belanda, meskipun Indonesia sudah merdeka puluhan tahun lamanya.
Bagi sebagian orang, pilihan PSSI ini bisa dilihat sebagai langkah positif, dengan harapan bahwa pengalaman dan kepemimpinan Kluivert bisa membawa Timnas Indonesia ke level yang lebih tinggi dalam kompetisi internasional.
Namun, bagi sebagian lainnya, keputusan ini mungkin terasa seperti langkah mundur, mengingat banyaknya pelatih lokal yang lebih memahami kondisi sepak bola Indonesia.
Yang jelas, penunjukkan Patrick Kluivert sebagai pelatih Timnas Indonesia akan membawa dampak besar dalam perjalanan sepak bola Indonesia.
Bagaimana pengaruhnya terhadap performa Timnas di kompetisi mendatang masih menjadi tanda tanya, namun satu hal yang pasti, publik akan terus mengawasi bagaimana keputusan ini berkembang dalam beberapa bulan ke depan.
"Pada 1938, Indonesia pernah ikut Piala Dunia dengan nama Hindia Timur Belanda. Kini, julukan Belanda itu mungkin bisa disematkan lagi dengan Timnas mereka (setelah penunjukkan Patrick Kluivert sebagai pelatih )," tulis John Duerden, salah seorang kolomnis di The Guardian.
Media tersebut memberi sorotan tajam mengenai tren yang sedang berkembang dalam Timnas Indonesia, di mana semakin banyak figur yang memiliki darah Belanda, baik sebagai pelatih maupun pemain.
Bukan hanya Kluivert, yang kini memegang kendali sebagai pelatih, tetapi juga sejumlah pemain berdarah Belanda yang telah dinaturalisasi untuk bergabung dengan skuad Garuda.
Nama-nama seperti Sandy Walsh, Thom Haye, Jay Idzes, Ragnar Oratmangoen, Calvin Verdonk, Mees Hilgers, Kevin Diks, Rafael Struick, Justin Hubner, dan masih banyak lagi, semakin mempertegas dominasi pengaruh Belanda dalam tim ini.
Melihat hal tersebut, The Guardian tak segan untuk mengkritik kondisi ini dengan cara yang cukup provokatif.
Mereka bahkan mengejek dengan menyarankan agar Timnas Indonesia mengganti nama menjadi "Hindia Belanda", sebagai referensi ke masa kolonial ketika Indonesia masih berada di bawah kekuasaan Belanda.
Saran ini tentu saja berakar dari kenyataan bahwa Timnas Indonesia kini semakin didominasi oleh sosok-sosok yang berasal dari Belanda, baik di posisi pelatih maupun pemain.
Selain itu, media Inggris itu juga mempertanyakan keputusan PSSI yang menunjuk Patrick Kluivert sebagai pelatih.
Meskipun Kluivert dikenal sebagai mantan striker legendaris Timnas Belanda dan memiliki pengalaman internasional yang luas sebagai pemain, catatan prestasinya sebagai pelatih sejauh ini dianggap belum membanggakan.
The Guardian menilai bahwa Kluivert, meskipun terkenal di dunia sepak bola, belum menunjukkan hasil yang signifikan sebagai pelatih, baik di level klub maupun internasional.
Salah satu poin yang diangkat oleh The Guardian adalah dugaan bahwa PSSI lebih memilih Kluivert karena latar belakangnya yang berasal dari Belanda.
Menurut media tersebut, keputusan ini dinilai pragmatis, karena komunikasi antara pelatih dan pemain yang memiliki darah Belanda tentu akan lebih mudah.
Hal ini juga berhubungan dengan alasan PSSI yang sempat mengungkapkan bahwa faktor komunikasi menjadi salah satu pertimbangan penting dalam keputusan untuk memecat Shin Tae-yong (STY) dan menggantinya dengan Kluivert.
Sebelumnya, PSSI memang pernah menyinggung bahwa salah satu kendala yang mereka hadapi selama bekerja sama dengan Shin Tae-yong adalah soal komunikasi, mengingat perbedaan bahasa dan budaya yang ada.
Dengan penunjukan Kluivert yang berbicara dalam bahasa Belanda, harapannya adalah bahwa hal ini akan mempermudah koordinasi antara pelatih dan pemain, khususnya yang berasal dari Belanda atau yang sudah terbiasa dengan budaya sepak bola Eropa.
Namun, reaksi dari media internasional, khususnya The Guardian, menyoroti hal tersebut dengan sinis, mempertanyakan apakah keputusan ini benar-benar terbaik untuk masa depan Timnas Indonesia, ataukah hanya sekadar solusi praktis berdasarkan faktor komunikasi.
Selain itu, banyak yang merasa bahwa pelatih lokal yang lebih paham kondisi sepak bola Indonesia dan memiliki pengalaman di dalam negeri bisa jadi lebih efektif dalam mengembangkan potensi pemain-pemain Indonesia.
Pada akhirnya, meskipun PSSI memiliki alasan tersendiri dalam menunjuk Kluivert, sorotan media internasional menambah lapisan kontroversi terhadap keputusan tersebut.
Seiring berjalannya waktu, kinerja Kluivert sebagai pelatih akan menjadi bukti nyata apakah langkah ini benar-benar membawa kemajuan bagi Timnas Indonesia atau hanya sekadar pilihan yang didasarkan pada faktor tertentu.
Publik tentu berharap bahwa apapun latar belakang pelatih, yang terpenting adalah hasil di lapangan dan perkembangan sepak bola Indonesia ke depannya.
"Ditunjuknya Patrick Kluivert sebagai pelatih Timnas Indonesia bukannya tanpa alasan.Banyak orang menilai yang banyak diperkuat pemain Belanda memang membutuhkan pelatih Belanda," pungkas media Inggris, The Guardian. (tsy)
Load more