Jakarta, tvOnenews.com - Hubungan Presiden Republik Indonesia Joko Widodo dengan PDI Perjuangan tidak harmonis sejak Gibran maju dalam Pilpres 2024.
Bukan kali ini saja hubungan mereka renggang. Selama dua periode menjadi presiden, hubungan Jokowi dengan partai pengusungnya mengalami pasang surut.
Hubungan Presiden RI Jokowi PDI Perjuangan semakin terlihat tidak harmonis.
PDI Perjuangan bahkan semakin terang-terangan mengkritik sejumlah kebijakan maupun sikap politik Jokowi.
Hubungan PDI Perjuangan dengan Jokowi yang tidak lagi harmonis semakin terlihat publik pasca majunya Gibran Raka Rakabuming Raka sebagai cawapres pendamping Prabowo Subianto.
Pdip menuding Jokowi telah meninggalkan mereka.
Bukan kali ini saja hubungan Jokowi dengan PDIP memanas. Pada bulan Februari 2015 hubungan Jokowi dan PDIP merenggang.
Hal itu dipicu oleh Keputusan Presiden Jokowi yang membatalkan Komjen Pol Budigunawan sebagai Kapolri pada bulan April 2015.
Megawati menuding ada penumpang gelap dalam pemerintahan Jokowi-JK.
Masih di tahun 2015 Megawati curhat dirinya sering dibully karena menyebut Jokowi sebagai petugas partai.
Di tahun-tahun berikutnya hubungan Jokowi dengan PDIP juga mengalami pasang surut.
Pemicunya mulai dari wacana masa Presiden tiga periode hingga penolakan tim sepak bola Israel yang berakibat dicoretnya Indonesia sebagai tuan rumah Piala Dunia U21.
Tidak harmonisnya hubungan mereka mencapai puncak saat Gibran diumumkan Sebagai bakal cawapres Prabowo Subianto.
PDI Perjuangan yang sudah mencalonkan Ganjar menuding Jokowi meninggalkan mereka.
Sikap keluarga Jokowi dalam Pilpres 2024 semakin terlihat ketika walikota Medan yang merupakan menantu dan kader PDIP menyatakan mendukung pasangan Prabowo-Gibran.
Pemicu utama renggangnya hubungan Jokowi dan PDIP adalah diusungnya Ganjar sebagai capres dari PDIP. Ganjar dinilai tidak bisa memberikan rasa aman bagi Jokowi.
Jokowi dikabarkan berusaha mencari titik temu dengan menyandingkan Ganjar dengan Prabowo. Namun wacana itu ditolak mentah-mentah oleh PDIP. Penolakan itu membuat Jokowi bermanuver dan melakukan perlawanan.
Merenggangnya hubungan dengan Jokowi memposisikan PDI Perjuangan dalam posisi sulit.
Meskipun PDIP tidak pernah mentoleransi pembangkangan oleh kadernya, namun hingga saat ini mereka melunak pada Jokowi.
Hal ini dinilai karena PDIP mempertimbangkan pendukung Jokowi yang cukup besar.
Pakar Komunikasi Politik Karim Suryadi menilai selama ini pasang surut hubungan Jokowi dengan PDI Perjuangan berkali-kali bisa diselesaikan.
Namun di ujung masa jabatannya sebagai Presiden RI Jokowi memilih berada di posisi yang berbeda.
Merenggangnya hubungan Jokowi dengan PDIP diharapkan tidak akan memanaskan suhu politik tanah air.
Pilpres dan pemilu yang sudah di depan mata selayaknya disikapi dengan kepala dingin dan tindakan yang terukur. (awy)